IPOL.ID – Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa Madrid terbuka untuk mengakui negara Palestina secara sepihak, meskipun hal itu bertentangan dengan pendapat Uni Eropa.
“Saya pikir sudah tiba saatnya bagi masyarakat internasional, terutama bagi Uni Eropa dan negara-negara anggotanya untuk mengakui negara Palestina,” kata Sanchez kepada media dalam sebuah konferensi pers di sisi Mesir di penyeberangan perbatasan Rafah, dilansir Anadolu.
Sanchez mengatakan bahwa idealnya, pengakuan tersebut akan dilakukan secara bersamaan dengan setidaknya beberapa negara anggota yang berpartisipasi.
“Namun jika tidak demikian, tentu saja, Spanyol akan mengambil keputusannya sendiri,” ujar perdana menteri Spanyol yang baru saja terpilih kembali itu, yang sebelumnya telah bersumpah untuk mengakui negara Palestina sebagai prioritas dalam masa jabatannya mendatang.
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo bergabung dengan Sanchez dalam lawatannya ke Israel, Palestina dan Mesir.
Sepanjang perjalanan, kedua pemimpin menyerukan perlindungan bagi penduduk sipil di Gaza dan agar Israel menghormati hukum kemanusiaan internasional.
Pada Jumat, setelah konferensi pers mereka di perlintasan Rafah, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen memerintahkan pemanggilan duta besar Spanyol dan Belgia di Tel Aviv untuk mendapatkan teguran keras.
“Kami mengutuk klaim palsu dari Perdana Menteri Spanyol dan Belgia yang memberikan dukungan kepada terorisme,” tulisnya di jejaring media sosial X, membela bahwa Israel bertindak sesuai dengan hukum internasional.
Sementara pemimpin Belgia lebih menahan diri, Sanchez justru mengatakan bahwa Israel tidak mengikuti hukum internasional dan menuduhnya melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap ribuan anak-anak di Gaza.
Sanchez juga dengan tegas mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober.
“Kekerasan hanya akan menimbulkan lebih banyak kekerasan. Kita perlu mengganti kekerasan dengan harapan dan perdamaian. Inilah yang saya sampaikan kepada presiden dan perdana menteri Israel,” kata Sanchez di perlintasan perbatasan Rafah.
Berbicara mengenai apakah Belgia akan mengakui Palestina, De Croo mengatakan bahwa prioritas pertama adalah membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas dan membantu meringankan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
“Kemudian, kita perlu duduk bersama dan mendiskusikan masalah ini,” kata De Croo.
Saat ini, sembilan dari 27 negara anggota Uni Eropa mengakui negara Palestina. Pada tahun 2014, Swedia menjadi negara pertama yang melakukannya selama menjadi negara anggota Uni Eropa.
Sebelumnya pada Jumat, Perdana Menteri Belgia dan Spanyol bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Ia menyarankan agar komunitas internasional mengambil alih kendali demi terciptanya perdamaian yang langgeng di Israel dan Palestina.
“Kami membutuhkan pengakuan internasional atas negara Palestina, dan PBB perlu melakukan intervensi. Menuju ke arah ini akan mencerminkan keseriusan komunitas internasional untuk mencapai perdamaian di wilayah kami,” ujarnya, menjelaskan idenya untuk negara Palestina yang didemiliterisasi dengan perbatasan tahun 1967, yang berpotensi dengan kehadiran pasukan internasional. (far)