Para pengembang Ashley, yang bekerja khususnya untuk tim kampanye dan para kandidat Partai Demokrat, mengatakan bahwa Ashley adalah layanan telepon politik pertama yang didukung oleh teknologi AI generatif, yaitu jenis AI pembuat konten, seperti teks, gambar, audio dan video, yang mirip dengan ChatGPT milik perusahaan OpenAI. Ia juga mampu melakukan percakapan pribadi dengan banyak pengguna.
Ashley diciptakan oleh perusahaan startup Civox yang berbasis di London. Ia menjadi salah satu contoh pertama yang membuktikan bagaimana AI generatif memulai era baru kampanye politik. Para kandidat menggunakan teknologi tersebut untuk menggaet para pemilih dengan cara-cara yang semakin sulit dilacak. Masih sedikit aturan hukum yang mengatur cara menggunakan AI seperti itu.
“Setiap panggilan kepada penerima telpon bersifat unik. Ada data orang-orang yang sudah dikumpulkan tim kampanye sebelumnya. Terkadang data tersebut bisa berupa nama depan dan nama belakang, atau terkadang bisa lebih detil dari itu. Berdasarkan informasi tersebut, (Ashley) dapat melakukan percakapan yang disesuaikan dengan penerima telepon, dan semua ini berlangsung dengan cepat. (Teknologi) ini memungkinkan adanya koneksi yang lebih personal dan lebih relevan antara pemilih dan kandidat yang berkampanye,” kata CEO Civox, Ilya Mouzykantskii. (voa/tim)