IPOL.ID – Pembangunan infrastruktur irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), merupakan sektor strategis yang mendukung pengembangan ekonomi di Indonesia. Namun, untuk menghindari dampak negatif terhadap kelestarian biodiversitas sumber daya ikan, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan perlu diterapkan.
“Dampak pembangunan infrastruktur air dapat berpotensi menurunkan biodiversitas dan produktivitas perikanan, akibat terganggunya jalur migrasi ikan,” ungkap Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ocky Karna Rajasa.
Karena itu, BRIN dan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) menyepakati kolaborasi riset dalam proyek FishTech. Proyek ini untuk mengintegrasikan solusi teknis perikanan ke dalam program pengembangan infrastruktur sungai yang berkelanjutan di Indonesia, yang terintegrasi dengan proyek yang sama di Asia Tenggara.
“Proyek ini akan menghasilkan penelitian yang memberikan solusi terkait perikanan dan pengembangan sungai berkelanjutan, sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk pengambilan kebijakan bagi pemerintah mengenai program pembangunan irigasi dan PLTA yang ramah ikan (Fish Friendly Irrigation/Hydropower),” ungkap Ocky, pada kegiatan penandatanganan Memorandum of Subsidiary Arrangement (MSA), di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jumat (8/12).
Kesepakatan ini akan mendukung program riset BRIN, untuk berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan sumber daya perikanan yang berkelanjutan.
Dijelaskannya, proyek ini merupakan tindak lanjut kerja sama sebelumnya, yang telah diinisiasi para peneliti BRIN, dan Charles Sturt University (CSU), Australia dalam empat tahun terakhir.
Proyek ini, seperti dilansir brin.go.id, diharapkan dapat menghasilkan tata kelola perikanan perairan daratan, serta memenuhi kebutuhan kelembagaan jangka panjang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam pembangunan di Indonesia.
Untuk mengimplementasikan proyek Fishtech ini, BRIN telah berkolaborasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy dan BBWS Sumatra VIII, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) Jawa Barat, dan PT. Poso Energi.
Jalur Migrasi Ikan pada PLTA
Manager Lingkungan PT. Poso Energi Irma Suriani mengungkapkan, pihaknya merupakan perusahaan pertama yang menginisiasi pembangunan jalur ikan di setiap PLTA, untuk menjaga kelestarian biodiversitas ikan di Indonesia.
“Kerja sama dengan BRIN dan ACIAR tentunya dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam mendesain jalur migrasi ikan yang lebih efektif dan efisien di setiap PLTA yang akan dibangun,” terangnya.
Senada dengan Irma, Sulistianto dari PT Poso Energi menambahkan, BRIN dan ACIAR sebelumnya telah berkontribusi dalam memberikan masukan pembangunan Spillway, yang dapat difungsikan juga sebagai jalur ikan.
“Kerja sama ini juga penting dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam membangun jalur migrasi ikan pada bendungan PLTA yang tinggi, dan perlunya pembuatan guideline tentang teknik pembangunan jalur migrasi ikan yang efektif,” ujarnya.
Sementara itu, mewakili Dinas PSDA Jawa Barat, Ihsan Naufal menyampaikan kolaborasi dengan BRIN dan ACIAR telah memberikan manfaat yang signifikan dalam perbaikan pengelolaan sumber daya air (SDA) di Jawa Barat.
“Awalnya hanya berkonsentrasi dalam penyediaan kuantitas sumber daya alam (SDA) untuk keperluan irigasi. Namun saat ini, pengelolaan SDA juga telah memperhatikan kelestarian biodiversitas sumber daya ikan, di mana setiap pembangunan bendung ke depannya harus menyertakan jalur migrasi ikan,” terangnya.
Pemda Sukabumi saat ini telah menerbitkan Peraturan Bupati No. 1 tahun 2023, tentang pengelolaan perikanan, yang menekankan pentingnya pelestarian jenis ikan melalui penyediaan jalur migrasi ikan disetiap pembangunan bendung.
“Diperlukan kerja sama berkelanjutan dengan BRIN dan ACIAR untuk membantu dalam pengembangan kapasitas SDM, agar mampu membangun jalur ikan yang efektif untuk menjaga kelestarian sumber daya perairan,” tutur Andria Hendraningrat dari UPTD PSDA WS Cisadea-Cibareno Jawa Barat.
Research Program Manager Fisheries ACIAR Chris Barlow menuturkan, kesepakatan ini akan membangun hubungan kerja sama multilateral yang efektif antara Australia-Indonesia dan negara di Asia Tenggara, untuk memperbaiki ekosistem perikanan, dengan mengintegrasikan pengembangan irigasi melalui teknologi yang tepat. Dibuktikan melalui penelitian terapan untuk jangkauan yang lebih luas, yaitu Asia Tenggara.
“Selama empat tahun ACIAR bekerja sama, kolaborasi tim Anda sangat mengagumkan, dan kami belajar banyak dari Indonesia. Kami berharap proyek ini nantinya akan bermanfaat bagi kedua pihak dan mendukung hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia,” imbuhnya.
Proyek FishTech ini selain dilaksanakan di Indonesia, juga dilaksanakan di Laos, Kamboja, dan Myanmar. Pola pendekatan kemitraan akan diterapkan, bekerja sama dengan departemen irigasi dan perikanan di masing-masing negara, termasuk dengan perusahaan swasta dan universitas.
Peningkatan Kapasitas SDM
Program ini sejalan dengan pengembangan kapasitas SDM BRIN, yang sedang menjalankan program beasiswa bekerja sama dengan LPDP. Seperti peneliti yang menempuh program PhD di luar negeri selama empat tahun. CSU sebagai salah satu kolaborator dalam proyek ini dapat dilibatkan sejalan dengan keluaran proyek, yaitu peningkatan kapasitas lembaga.
Kepala Pusat Riset Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN yang juga Koordinator Proyek Fish Tech Indonesia Arif Wibowo mengatakan, penandatangan MSA ini akan mendatangkan banyak manfaat bagi BRIN. Diantaranya bertambahnya publikasi internasional, peningkatan kapasitas bagi peneliti untuk menerapkan teknologi untuk konservasi dan restorasi sumber daya ikan, peningkatan produktivitas perikanan yang berkelanjutan, serta terciptanya regulasi dan kebijakan pengelolaan sumber daya perairan yang berbasis riset.
Koordinator Proyek FishTech dari CSU Australia Lee Baumgartner menuturkan, berdasarkan pernyataan Bappenas saat dia melakukan kunjungan ke lembaga tersebut, riset di Indonesia sudah sangat dihargai.
Tentunya hal tersebut sejalan dengan tujuan proyek, yaitu menghasilkan riset yang dapat menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan, khususnya konservasi sumber daya perikanan. Salah satunya melalui riset restorasi sumber daya ikan, melalui pembangunan jalur migrasi ikan yang efektif dan efisien di setiap infrastruktur sungai.
“CSU Australia tentunya akan membuka peluang bagi para peneliti yang berminat untuk menempuh pendidikan PhD di CSU,” katanya.
Selain melibatkan ilmuwan di bidang perikanan dan sipil, proyek Fishtech akan berkolaborasi pula dengan ilmuwan sosial dan ekonomi untuk menghasilkan outcome yang lebih komprehensif.
Khusus untuk membantu pemerintah, proyek Fishtech akan menginisiasi kerja sama untuk mendapatkan pendanaan dari pihak bank-bank pembangunan besar, seperti Asian Development Bank dan Bank Dunia, terkait modernisasi irigasi selama dekade berikutnya. (tim)