Tentu itu menimbulkan ketidak seimbangan mental terutama kepada perempuan. Ketika menghadapi persoalan dalam kehidupan, seperti soal keuangan, terkait begitu banyak informasi bersama munculnya informasi tidak baik, hoaks menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi perempuan dan atau para Ibu.
“Itu juga mempengaruhi kehidupan anak, suami, jadi dibutuhkan penguatan, perlu ada resiliensi ketahanan diri dari seorang Ibu/perempuan. Jadi diangkat tema ‘Sholawat Damai untuk Mewujudkan Kesehatan Mental Perempuan Menuju Indonesia Unggul’,” ujarnya.
Lebih jauh, diutarakannya, dengan kajian dan mengaji dilakukan Persami sebagai pondasi penting, benteng agar perempuan memiliki ketahanan lalu kemampuan beradaptasi bangkit dari persoalan kehidupan dihadapi.
Umumnya muslimah mempunyai dua fungsi, selain fungsi domestik juga publik. Keduanya harus sejalan, seiring. Selanjutnya dengan mental sehat dimiliki, muslimah menjadi produktif.
“Melalui kajian ini, kami harap dapat memperkuat personal, perempuan lebih kuat membangun kesadaran mereka dan bisa mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang dan itu penting. Persami juga memberi edukasi, narasi hingga dapat membangun mindfulness, dan grauth mindset mereka,” imbuhnya.