Jeonju secara resmi dinamai pada tahun 757 dan salah satu wilayah yang berakar kuat dalam sejarah Korea. Kota ini mempertahankan sejarah yang ekstensif dan budaya tradisional sebagai kota dasar Dinasti Joseon.
Jeonju memiliki kekayaan budaya yang melimpah dan bangunan bersejarah yang meresap dalam sejarah dan budaya. Desa Jeonju Hanok, Gyeonggijeon, Pungnammun Gate, Pungpaejigwan (Jeonju Guesthouse), dan Jeolla Gamyeong terletak di tengah; dan Jeonju IC, Stasiun Jeonju, dan Honam Jeilmun Gate, masing-masing merupakan pintu gerbang utama ke Kota Jeonju, keistimewaannya dalam bentuk hanok.
Jeonju ditetapkan sebagai Kota Gastronomi Kreatif UNESCO dan kota kuliner representatif. Jeonju adalah tempat asal hidangan ikonik Korea, bibimbap, dan tujuan wisata kuliner di mana Anda dapat mencicipi berbagai hidangan mulai dari sup tauge hingga Table d’hôte Korea.
Desa Jeonju Hanok dipenuhi wisatawan berpakaian khas Korea Hanbok jalan-jalan; pertunjukan musik tradisional Korea seperti pansori, musik fusion Korea, dan Joseon pop yang menghadirkan kepekaan modern terhadap musik tradisional, tersedia sepanjang tahun.
Jeonju memiliki Living National Treasure (orang-orang bersertifikasi sebagai Pemelihara Properti Budaya Tak Benda yang Penting) terbanyak di Korea. Dilansir dari pr newswire, di sana pengunjung dapat menikmati berbagai produk yang sangat elok karya para pengrajin di kota warisan tak benda kelas dunia yang menjadi lokasi National Intangible Heritage Center dan ICHCAP di bawah naungan UNESCO. Jeonju juga produsen utama “Hanji”, kertas Korea yang telah mendapat pengakuan global.
Jeonju juga terkenal dengan festivalnya, menggelar ‘Jeonju International Film Festival’ setiap musim semi, dan berbagai acara budaya maupun festival sepanjang tahun yang mencerminkan keunikan Jeonju, misalnya Jeonju Bibimbap Festival, Jeonju Hanji Culture Festival, Jeonju International Sori Festival, dan festival perwakilan Kota Jeonju, Jeonju Festa.
Kata Woo Beom-ki, Walikota Jeonju, “Berdasarkan aset sejarah dan kemampuan budayanya, Jeonju berupaya menampilkan sejarah paling otentik dan memperkuat identitasnya dengan melestarikan aset-aset berharga sekaligus berani berinovasi pada hal-hal yang perlu diubah. Saya harap wisatawan akan menikmati pengalaman dan kenangan indah di Jeonju, kota paling Korea, di mana tradisi dan modernitas hidup berdampingan.” (tim)