Pertama, ucapan-ucapan insinuatif seperti “alutsista-bekas”, atau “usang”, yang terus-menerus diulang, dengan maksud mendiskreditkan Prabowo, menurut saya adalah pelecehan dan blunder. Mereka berpikir hanya dengan ‘common sense’, tak mengerti soal politik dan industri pertahanan yang sebenarnya.
Perlu diketahui, produk alutsista itu tidak sama dengan produk otomotif yang dibuat atau dijual secara ‘ready stock’ dan massal. Bukan seperti beli barang di toko. Pembuatan alutsista itu paling cepat setidaknya butuh waktu sekitar 3 tahun. Itupun biasanya untuk kepentingan domestik lebih dulu. Sesudah masa tunggu produk, tahap berikutnya juga ada periode pelatihan dan sebagainya. Sehingga, jarak waktu antara kontrak pembelian hingga alutsista siap digunakan oleh negara pembeli butuh waktu cukup panjang. Kadang penggunaan operasionalnya baru bisa dilakukan 7 tahun setelahnya.
Hal lain, tak semua negara juga bisa secara sembarangan membeli alutsista. Amerika Serikat, misalnya, mereka punya prosedur politik cukup panjang untuk mengizinkan produk alutsistanya dibeli negara lain. Itupun kondisinya juga tak selalu terbaru. Untuk negara lain, mereka biasanya lebih suka memperjualbelikan alutsista yang sudah lebih dulu dipakai angkatan perangnya. Ini adalah praktik standar dalam politik pertahanan dan industri militer strategis.