Di luar soal itu, sebagai negara konsumen, dalam masa tenggang antara satu perangkat yang sudah hampir habis masa pakainya sampai ke kedatangan perangkat baru yang lebih mutakhir, ada yang disebut interim deterrent. Di periode itu kemampuan pertahanan kita tak boleh kosong. Di sinilah diperlukan juga alutsista-alutsista yang pernah dipakai. Tentu saja yang usia pakainya masih panjang.
Jadi, bahaya sekali jika kandidat calon presiden buta terhadap pengetahuan ini. Apalagi bersifat menghakimi lembaga militer dan pertahanan hanya bermodalkan ‘common sense’.
Selain melecehkan, ucapan semacam itu juga blunder. Saya sulit membayangkan, misalnya, keluarga besar TNI akan bersimpati terhadap calon presiden yang menghakimi serta merendahkan institusi pertahanan semacam itu.
Kedua, Anies Baswedan menyebut anggaran alutsista Rp700 triliun dan hanya digunakan untuk membeli alutsista bekas. Ini juga konyol dan hanya menunjukkan kedangkalan pengetahuan yang bersangkutan. Pernyataan ini bahkan telah diralat dan dibantah sendiri oleh tim kampanyenya.