Terkait modernisasi alutsista sendiri, sejak tahun 2019 hingga sekarang, sebagian besar pembelian alutsista oleh Kemenhan sebenarnya merupakan alutsista baru, seperti pembelian pesawat tempur Rafale, frigate Merah Putih, rantis Maung, hingga radar GM400A, semuanya adalah pembelian alutsista dalam kondisi baru. Selain itu Kemenhan fokus untuk merevitalisasi industri pertahanan domestik.
Ketiga, terkait sejumlah indeks yang disampaikan salah satu capres, seolah kinerja Menteri Pertahanan adalah buruk. Ada tiga indeks yang diajukan Ganjar Pranowo, yaitu Global Peace Index (GPI) yang disusun Institute for Economics and Peace (IEP); lalu Global Militarisation Indeks (GMI) yang disusun BICC (Bonn International Centre for Conflict Studies); dan Asia Power Index (API) oleh Lowy Institute. Menurut saya, penggunaan tiga indeks tadi untuk mengukur kinerja Kementerian Pertahanan sebenarnya bersifat salah kaprah.
Kenapa begitu?
GPI yang disebut Ganjar, misalnya, lebih tepat kalau digunakan untuk mengukur kinerja Menko Polhukam Mahfud Md ketimbang kinerja Prabowo sebagai Menhan. Sebab indeks ini parameternya adalah soal keamanan dan konflik domestik, yang bukan merupakan domain Kementerian Pertahanan. Justru Menko Polhukam yang terkait isu keamanan sekaligus pertahanan.