Menurut Laurance, ada banyak ketidaksepakatan antara ilmuwan konservasi dan pemerintah Indonesia yang memicu friksi itu. Beberapa di antaranya adalah seberapa parah hutan mengalami kehancuran, apa penyebab deforestasi, dan seberapa besar dampak kerusakaan hutan itu terhadap spesies-spesies yang terancam dan sangat terancam punah.
Laurance, yang juga menjabat sebagai Direktur Center for Tropical Environmetal and Sustainability Science di James Cook University, mengatakan, sudah jadi pemahaman umum bahwa tingginya laju deforestasi di Indonesia menurunkan populasi spesies-spesies tersebut. Contoh nyata, menurut Laurance, tercermin dari dari populasi orangutan Tapanuli, badak Sumatra, gajah Sumatra, gajah Kalimantan dan harimau Sumatra.
Lebih jauh Laurance mengatakan, sikap tidak kooperatif pemerintah tidak bisa dibiarkan berlarut-larut mengingat hutan-hutan Indonesia berada dalam ancaman besar.
“Saya bayangkan hutan di Indonesia seperti samsak tinju, dipukul di sana sini pada saat bersamaan,” ujarnya.