“Salah satu indera penangkap informasi yang sangat penting pada proses belajar mengajar adalah mata. Gangguan penglihatan dapat memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan belajar dan prestasi akademis sang anak kedepannya. Deteksi dini dan penanganan masalah penglihatan dapat membantu memastikan bahwa anak dapat mengakses pendidikan dengan maksimal, mendukung perkembangan mereka, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.” tegas Nihla.
Nihla mengungkapkan, dari keseluruhan peserta didik yang diperiksa, lebih dari 60% terdeteksi mengalami gangguan refraksi. Rinciannya, lebih dari 70% gangguan refraksi yang ditemukan adalah myopia atau rabun jauh dan hampir 30% diantaranya merupakan myopia sedang hingga tinggi (minus -3.00D atau lebih).
“Lebih dari 50 persen anak yang mengalami gangguan refraksi belum mendapat penanganan atau koreksi berupa penggunaan kacamata. Contohnya, setelah pemeriksaan ada yang terdeteksi mengalami myopia sebesar -4.00D tetapi masih belum pernah menggunakan kacamata,” kata Nihla.