IPOL.ID – Boleh jadi tidak banyak yang mengetahui bahwa setiap tahun, jumlah orang yang mengalami gangguan spektrum autisme di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 500 orang. Data tersebut dimuat dalam rilis yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) pada tahun 2022.
Satu tahun sebelumnya, tercatat 5.530 kasus gangguan perkembangan anak, termasuk autisme, yang telah mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan primer, seperti puskesmas atau posyandu. Autisme merupakan spektrum gangguan perkembangan otak yang memengaruhi cara berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku.
Guna memberikan intervensi yang tepat dan segera terhadap anak autis, diperlukan deteksi dini autisme melalui pengamatan perilaku dan pola komunikasi anak-anak. Selain dilakukan oleh orang tua, upaya deteksi dapat dilakukan oleh guru, kader puskesmas, atau posyandu.
Oleh sebab itu, Gunawan Wicaksono, dosen Program Studi Terapi Okupasi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) melaksanakan program pengabdian masyarakat (pengmas) di Azizah Islamic School, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Dilansir ui.ac.id, tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk meningkatkan pemahaman guru dan kader posyandu tentang deteksi dini autisme. Menurut Gunawan, hal itu memiliki dampak yang signifikan. “Mereka berada di posisi strategis untuk mengamati anak-anak sehari-hari. Semakin dini autisme dideteksi, semakin baik pula intervensi yang dapat diberikan untuk mendukung perkembangan anak,” ungkapnya.