IPOL.ID- Lembaga Survei Indonesia (LSI) menempatkan pasangan capres nomor urut 02, Prabowo-Gibran menempati posisi teratas.
Survei dilakukan dengan responden dari kalangan guru, dosen dan ASN.
Adanya hasil survei itu menambahkan keyakinan partai pendukung pasangan capres nomor urut 02, Prabowo-Gibran menang satu putaran di pilpres 2024.
“Adanya hasil survei tersebut, tentunya menambah keyakinan bagi kami (Demokrat) sebagai partai pendukung. Mudah-mudahan hasil survei itu berbanding lurus dengan hasil pencoblosan 14 Februari mendatang. Kita optimis Prabowo-Gibrab akan menang satu putaran,” ujar Ketua DPC Demokrat, Pulau Seribu, Neneng Hasanah, Senin (5/2/2024).
Dia mengatakan, optimisme Demokrat sebagai partai pendukung dikarenakan masivenya sosialisasi yang dilakukan partai koalisi.
“Faktor lainya, yaitu pengaruh caleg incumbent dari parpol koalisi. Tentunya, akan membawa pengaruh di masyarakat pada saat hari pencoblosan,” ujar caleg incumbent Partai Demokrat nomor urut 1 di dapil II, Jakarta Utara itu.
Seperti diketahui, Metode Survei Elektabilitas Capres-Cawapres 2024 yang dikeluarkan LSI.
Target populasi survei LSI, yakni warga negara Indonesia berusia 17 tahun ke atas yang sudah menikah dan mempunyai handphone yakni sekitar 83%.
LSI telah memiliki 210.001 responden yang pernah diwawancarai secara langsung.
Sekitar 70% dari mereka memiliki nomor telepon. Dari jumlah tersebut, LSI menargetkan 14.870 responden yang akan diwawancarai secara acak.
LSI mendapatkan sampel sebanyak 1.206 orang yang berhasil disurvei/ditelepon. Mereka dipilih secara acak lewat metode double sampling.
Mereka diwawancara langsung oleh LSI lewat telepon pasca debat ketiga pada 7 Januari 2024 lalu.
LSI memetakan margin of error survei ini sekitar kurang lebih 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Prabowo-Gibran Unggul di Kalangan PNS, Guru & Dosen
Survei membagi data ke dalam beberapa kelompok berdasarkan gender, usia, etnis, agama, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pedesaan/perkotaan, dan wilayah. Khususnya dalam kelompok pekerjaan, terpetakan persepsi dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS), guru, dosen, dan profesional.