Alumni ITB itu menceritakan di awal menjadi orang nomer satu di Provinsi Gorontalo, di sana hanya ada Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, dan Kabupaten Boalemo. “Hanya ada 3 daerah, seharusnya satu provinsi minimal ada lima daerah”, tuturnya.
Untuk mencapai lima daerah, pria yang juga menjadi Guru Besar Universitas Brawijaya itu mendorong adanya pemekaran. Apa yang diinginkan itu tercapai, Kabupaten Gorontalo yang memiliki wilayah yang luas dimekarkan menjadi Kabupaten Bone Bolango dan Gorontalo Utara. Sedang dari Boalemo dimekarkan menjadi Kabupaten Pohuwato. “Alhmadulillah berkembang jumlah kabupatennya”, ujarnya.
Di saat akhir masa jabatan menjadi gubernur, ada keinginan untuk menjadikan Boliyohuto menjadi kabupaten. “Namun saya sudah mulai mengakhiri masa jabatan”, ucapnya. Meski demikian dirinya berharap pada gubernur selanjutnya untuk melanjutkan menjadikan Boliyohuto menjadi kabupaten tersendiri.
Upaya menjadikan Boliyohuto menjadi kabupaten tersendiri rupanya belum tercapai hingga saat ini. “Bisa jadi karena ada moratorium pemekaran”, ujarnya. Meski ada moratorium namun keinginan itu masih tetap ada. Diungkap di hadapan warga, saat ditunjuk menjadi ketua pembina pemekaran wilayah baru, ia langsung menegaskan pada semua bahwa prioritas pertama adalah menjadikan Boliyohuto menjadi kabupaten. “Ini sudah tepat”, paparnya. “Wilayahnya luas, perkembangannya bagus, dan sektor pertaniannya bisa diandalkan”, tambahnya.