IPOL.ID – Terungkap, para pelajar yang tawuran dari tiga kelompok yang diamankan jajaran Polres Metro Jakarta Timur pada Sabtu (3/2) dini hari ternyata membeli senjata tajam dengan cara urunan.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly menjelaskan, terkait upaya jajaran mengantisipasi mencegah tawuran yang akan dilakukan beberapa kelompok remaja di Jakarta Timur.
Dari hasil pemeriksaan terhadap 20 pelaku yang diamankan jajarannya, senjata tajam itu dibeli secara urunan. Mereka menyisihkan uang jajan sekolah yang diberikan oleh orangtuanya.
“Mereka membeli celurit secara urunan, iuran. Contoh ada enam orang yang iuran, uang yang diberikan orangtua disimpan kemudian untuk dibelikan celurit,” ungkap Nicolas Lilipaly pada awak media di Mapolres Metro Jakarta Timur, Selasa (5/2) siang.
Para pelaku memilih urunan karena celurit yang hendak dibeli dan digunakan sebagai senjata saat tawuran memiliki panjang lebih dari umumnya, sehingga harganya juga lebih mahal.
Dari barang bukti sejumlah celurit yang diamankan jajaran Tim Perintis Presisi Polres Metro Jakarta Timur saja masing-masing bilah senjata memiliki panjang sekitar dua meter.
“Itu mereka beli ada yang Rp300 ribu, Rp500 ribu, Rp700 ribu. Tergantung panjang dan besarnya. Kita mau beli alat tawuran nih, mau beli celurit, iuran,” tutur Nicolas Lilipaly menirukan ucapan pelaku remaja.
Berdasar keterangan para pelaku, celurit berukuran besar itu dijual secara online, sehingga untuk sekarang Polres Metro Jakarta Timur belum dapat mengetahui identitas pembuat atau penjual.
Namun demikian, Kapolres menegaskan sudah mengintruksikan jajaran Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur untuk dapat segera meringkus pembuat dan penjual senjata tajam tersebut.
“Untuk celurit atau senjata tajam itu mereka pesan melalui online. Itu yang sampai saat ini Polres Metro Jakarta Timur berupaya mengungkap pembuat dan penjual senjata tajam,” tandasnya.
Lebih lanjut, sambung Kapolres, untuk pasal yang disangkakan tindak pidana percobaan Pasal 170 KUHP tentang Pengeroyokan. Pada umumnya pihaknya melakukan pembinaan terhadap para pelajar terlibat agar tidak melakukan perbuatannya lagi.
“Itu yang menjadi titik tolak kami, tak serta merta kasus ini harus ke mejahijau. Orangtua dari para pelaku juga akan dipanggil untuk dibina,” tukasnya.
“Harapan kami kepada orangtua untuk lebih ketat lagi mengawasi anak-anaknya khususnya menjelang hari libur. Hasil pemeriksaan, ada yang ikut-ikutan, diajak, dan mereka ingin menunjukkan eksistensinya,” tambah Nicolas Lilipaly.
Sebelumnya, jajaran Polres Metro Jakarta Timur telah meringkus 20 remaja pelaku tawuran dari tiga kelompok di wilayah Cakung, Duren Sawit, dan Cipayung pada Sabtu (3/2) dini hari lalu.
Kelompok Nagabonar diringkus di Cakung, kelompok Amsterdam diamankan di Duren Sawit, dan kelompok Wisma dibekuk di wilayah Cipayung saat hendak melakukan tawuran.
Hasil pemeriksaan antara kelompok Nagabonar dengan Amsterdam sebelumnya sudah membuat janji untuk melakukan tawuran, namun beruntung aksi tersebut dapat dicegah Polres Metro Jakarta Timur, sebelum jatuh korban.
“Terpenting kami bisa mengantisipasinya, mencegah kejahatan itu lebih mulia, bertitik tolak dan bertindak cepat,” pungkas Kapolres. (Joesvicar Iqbal)