IPOL.ID – Meski hari pencoblosan pileg 2024 sudah berlalu dua hari kemarin, upaya black campaign lewat media sosial (medsos) masih terjadi dari lawan-lawan politik.
Hal itu yang kini dialami anggota DPRD DKI dari Fraksi Demokrat, Neneng Hasanah yang kini bertarung menjadi anggota DPRD DKI periode 2024-2029 untuk keempat kali di dapil 2, Jakarta Utara, meliputi wilayah Kecamatan Koja, Kelapa Gading, Cilincing dan Pulau Seribu.
“Saya kira masyarakat sekarang ini sudah pintar karena sangat melek dengan kemajuan teknologi. Walau pun foto saya diselipkan dalam video itu, masyarakat bisa membedakan antara Neneng Hasanah anggota Fraksi Demokrat dengan Neneng Hasanah Yasin yang menjadi tersangka dugaan korupsi yang berasal dari partai lain,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (16/2).
Menurut politisi yang akrab disapa Bunda itu, video yang menyelipkan fotonya saat di ruang rapat paripurna gedung DPRD DKI di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat hanya keisengan dari seseorang untuk mengekspresikan kreativitasnya.
Anggota Komisi D DPRD DKI itu pun menceritakan, beberapa bulan lalu namanya dikaitkan dengan isu kehamilan yang dialami Neneng Hasanah Yasin.
“Kalau saya tidak merasa terganggu dengan video itu. Toh, seluruh masyarakat di Kecamatan Koja, Kelapa Gading, Cilincing dan Pulau Seribu. Bahkan masyarakat Jakarta pun sudah tahu, bahwa Neneng Hasanah (Demokrat) sejak 2009 sampai 2024 masih duduk menjadi anggota DPRD DKI,” katanya.
“Satu hal lagi, Neneng Hasanah Demokrat belum pernah menjadi Bupati. Karena sejak 2009 sampai pemilu 2024 masih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Malah saat ini pun masih menjadi Ketua DPC PD Pulau Seribu dan menjadi caleg dapil 2 di pileg 2024,” paparnya.
Untuk diketahui, beberapa hari ini beredar cuplikan video lewat medsos. Dalam video itu, berisikan narasi tentang tiga bupati cantik yang tersangkut dugaan korupsi dan kinj menjadi tersangka.
Ketiganya, yaitu Rita Widyasari (Bupati Kutai Kartanegara), Siti Mashita (Walikota Tegal) dan Neneng Hasanah Yasin (Bupati Bekasi).
“Dari namanya saja beda kok, wajahnya berbeda kok. Jadi silakan masyarakat yang menilai,” ucapnya enteng. (Sofian)