“Data ini yang saya bawa ke Prabowo dan ke Jokowi. Saya yakinkan bahwa Gibran potensial membawa kemenangan jika dipasangkan dengan Prabowo,” bebernya.
Masalahnya, saat itu Undang-Undang (UU) pemilu melarang cawapres di bawah usia 40 tahun. Tapi UU bisa direview karena batas usia itu tak ada di konstitusi. Jika ada di konstitusi, ini akan jauh lebih susah karena amandemen konstitusi itu prosesnya sangat panjang.
Namun demikian, sambung Denny, kritik dan hujatan pun mengalir. Dari kubu Ganjar menyerang Jokowi keras sekali. Bahkan serangan datang dari Megawati sendiri.
“Yang terjadi, sejenis abakadabra. Elektabilitas Ganjar justru merosot. Elektabilitas Prabowo-Gibran justru menjulang,” katanya.
Sebelumnya, Ganjar dan Prabowo saling mengalahkan di angka 33-35 persen.
Setelah Gibran masuk jadi Cawapres secara resmi, peta elektabilitas berubah drastis. Prabowo-Gibran melonjak ke atas 40 persen. Ganjar-Mahfud merosot ke bawah 27 persen dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar lebih rendah.
“Saat saya mengumumkan survei itu, saya dihujat. Orang- orang terpelajar tak percaya. Gibran dihujat, kok malah naik. Ganjar yang dibela aktivis demokrasi, kok malah turun?” paparnya.