Selama ini, negara-negara Barat yang tergabung dalam aliansi NATO dengan dikomandoi Amerika Serikat hanya terlibat pasif dalam perang Rusia-Ukraina. Keterlibatan mereka hanya sebatas memberi bantuan dana, logistik persenjataan, tidak sampai pada pengiriman personel militer. Mereka sadar betul, jika mereka memaksakan personel mereka ikut terlibat dalam perang Rusia-Ukraina, maka perang akan menjadi Rusia vs Barat atau Rusia vs NATO.
Ancaman Putin sejatinya tidak berdiri sendiri tanpa sebab, ia mengeluarkan ancaman nuklir untuk merespon Presiden Prancis Emmanuel Macron yang sempat menyampaikan usulan pengiriman pasukan militer NATO ke Ukraina. Sebagai pemimpin independen yang tidak mau diprovokasi Barat dan memiliki ambisi ingin segera menuntaskan misi peperangan dengan menguasai Ukraina, Putin lalu mengeluarkan ancaman konkret sebagaimana telah penulis jelaskan di atas.
Inilah ancaman serius Putin pasca dua tahun operasi militer khusus Rusia ia luncurkan untuk menyerang Ukraina pada 24 Februari 2024. Pertanyaannya sekarang, apakah ancaman Putin tersebut hanya gertak sambal atau berpotensi menjadi kenyataan? Secara akademik, apa yang disampaikan Putin tersebut termasuk bagian dari upaya deterrence atau strategi menggertak lawan dengan suatu ancaman besar agar lawan berperilaku sesuai dengan yang dikehendaki penggertak.