“Awal-awal, bisa main dengan enak. Tapi, di set kedua sempat drop, 0-3. Untungnya, bisa fokus lagi. Pas pindah tempat, aku duduk, minum, dan ganti baju. Terus merem, mikir dulu. Aku perlu ngurangin unforced errorku. Kebanyakan di bola gampang, malahan. Banyak kena frame juga. Ternyata karena kakiku lemot dan berat. Jadi, aku loncat-loncat, peregangan. Biar kakinya bisa cepet dan lincah,” ujar Jose, siswa Bina Bangsa School Semarang.
Pada perdelapan final, Jose kembali bertanding dengan petenis dalam negeri lainnya, Joachim Mika Gunawan yang menumbangkan Dylan Yap, 6-1, 6-0.
“Aku udah pernah ketemu lawan dia waktu kecil. Pas 12 atau 10 tahun. Model permainannya solid dari belakang, groundstroke-nya bagus. Jadi, aku bakal variasi. Coba slice, drop shot, dan kadang nembak,” ujar Jose yang bermain tenis karena mamanya.
“Permainanku sendiri solid juga di groundstrokes. Fisikku juga cukup prima. Selain itu, kakiku pun cukup kuat. Pergerakanku jadinya lincah juga,” pungkas Jose.
Unggulan ketiga juga senada. Raphael Rio Suryana pun turut melangkah setelah mendepak Samuel Putra Toratio Ramma, 6-0, 6-4.