IPOL.ID – Jet-jet tempur Israel pada Minggu (24/3) kembali melancarkan beberapa serangan di atas Kota Gaza, dekat Rumah Sakit Shifa yang baru-baru ini diserbu oleh militer Israel.
Sedikitnya empat gumpalan asap terlihat dalam sebuah video yang diambil oleh kantor berita Associated Press dari kejauhan. Serangan ini terjadi sebelum sebuah pesawat menjatuhkan empat paket bantuan di daerah tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel IDF mengatakan telah menewaskan lebih dari 170 militan dan menahan sekitar 480 tersangka dalam penyerbuan ke RS Shifa yang dimulai Senin (18/3) lalu, yang digambarkan sebagai pukulan berat bagi Hamas dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya yang telah berkumpul kembali di kompleks medis tersebut.
Setelah serangan November lalu itu, sebagian besar operasi RS Shifa telah berhenti berfungsi.
Setelah mengklaim bahwa Hamas memiliki pusat komando yang rumit di dalam dan di bawah rumah sakit tersebut, pasukan Israel menemukan sebuah terowongan yang mengarah ke beberapa ruang bawah tanah. Mereka juga mengatakan bahwa mereka menemukan senjata di beberapa bagian rumah sakit.
Kota Gaza, di mana RS Shifa berada, mengalami kehancuran yang luas pada hari-hari awal serangan Israel, yang diluncurkan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang.
Sejak November lalu pasukan Israel telah mengisolasi kota itu dan seluruh bagian utara Gaza, dan hampir tidak ada bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah itu dalam beberapa minggu terakhir.
Sejumlah pakar minggu lalu mengatakan kelaparan akut akan segera terjadi di bagian utara Gaza, di mana lebih dari 210.000 orang telah menderita kelaparan parah.
WHO: Kondisi di Gaza “Benar-Benar Sangat Tak Manusiawi”
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menggambarkan kondisi di Gaza itu sebagai “benar-benar sangat tidak manusiawi.”
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga hari Minggu (24/3) sedikitnya 32.226 warga Palestina tewas. Mereka tidak membedakan warga sipil atau kombatan yang menjadi korban tewas, tetapi mengatakan bahwa mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Israel mengatakan telah menewaskan lebih dari 13.000 militan, meskipun tidak memberikan bukti apapun. Israel menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban jiwa yang begitu besar. Israel menuduh Hamas menggunakan sekolah, rumah sakit dan kawasan permukiman sebagai lokasi perlindungan para pejuangnya.
Netanyahu Tetap Bertekad Serang Rafah
Lebih 80% populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah meninggalkan rumah mereka. Sebagian besar dari mereka mencari tempat berlindung di Rafah, kota di Gaza selatan, yang menurut Israel akan menjadi target ofensif darat berikutnya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menolak seruan dari Amerika dan negara-negara lain untuk tidak melancarkan serangan darat besar-besaran ke Rafah, dengan mengatakan serangan itu penting untuk mengalahkan Hamas.
Perang Israel-Hamas dimulai ketika kelompok militan Hamas menyerbu bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menyandera sekitar 250 orang dan hingga saat ini masih menahan sekitar 100 orang dan 30 jasad lainnya, setelah sebagian besar dari mereka dibebaskan November lalu sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina.
Amerika, Mesir dan Qatar telah berupaya memediasi gencatan senjata dan pembebasan sandera lagi, tetapi pembicaraan tidak langsung selama beberapa minggu antara Israel dan Hamas ini gagal mencapai kesepakatan. (VOA Indonesia/far)