IPOL.ID – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti maraknya perang sarung hingga menimbulkan korban jiwa pada Ramadan kali ini.
Diketahui, di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, remaja berinisial AA (17), tewas akibat luka berat di kepala karena terlibat perang sarung di Jalan Arteri Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, pada Jumat (15/3).
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra mengatakan, kasus perang sarung merupakan hal yang kerap terjadi pada momen bulan suci Ramadan. Tapi hingga kini belum dapat sepenuhnya terselesaikan.
“Terutama saat kita salat Subuh atau salat Tarawih. Ada saja anak-anak, remaja di sekitar rute menuju tempat ibadah yang saling serang dengan sarungnya,” ungkap Jasra pada awak media di Jakarta Timur, Minggu (17/3).
Beberapa kasus perang sarung bahkan dilakukan menggunakan benda tumpul dan senjata tajam dengan cara memasukkan batu dan senjata ke dalam sarung yang diayunkan.
Kejadian itu tidak hanya terjadi pada satu wilayah saja, melainkan banyak tempat di Indonesia saat momen bulan Ramadan, sehingga perlu disikapi secara serius oleh berbagai pihak.
“Sangat dibutuhkan perencanaan agar ada antisipasi pencegahan bersama. Kita punya persoalan meningkatnya kekerasan yang dialami anak, remaja saat mereka libur sekolah,” terang Jasra.
Lebih lanjut, Jasra menjelaskan, kasus kekerasan seperti perang sarung pada bulan Ramadan terjadi karena tidak ada orang dewasa yang mengarahkan anak-anak dalam kegiatan di lingkungan.
Padahal anak-anak, remaja dapat dilibatkan dalam lomba tema Ramadan, khataman Al-Quran, Nuzulul Quran, Tarhib Ramadan, takjil, jalan-jalan lepas sahur dan libur panjang sekolah.
“KPAI berharap sumber SDM yang kuat, seperti lembaga zakat, ormas Islam, pesantren, lembaga keagamaan bisa membantu memasifkan kegiatan liburan anak selamat liburan Ramadan,” tegasnya.
KPAI mencontohkan Ormas seperti Nadlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, bisa membuat panduan materi, pencegahan dan layanan kekerasan anak agar ada penanganan terpadu.
Kemudian seluruh pengurus masjid dan musala juga perlu aktif mengarahkan anak-anak agar ikut kegiatan positif seperti pesantren kilat, supaya anak-anak terhindar dari tawuran.
“Selain itu penting ada informasi yang digerakkan melalui Kementerian Agama, Kemenristekdikti agar materi ceramah, dibuat semacam panduan, yang wajib di bacakan,” tukasnya.
Jasra berharap bulan Ramadan 1445 Hijriah ini dapat menjadi momentum seluruh pihak untuk membangun kegiatan dengan mengajak anak-anak melakukan berbagai kegiatan positif.
Menurut dia, kunci mencegah kasus perang sarung dan tawuran saat Ramadan adalah dengan selalu melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan.
“Kuncinya bagaimana anak-anak remaja terlibat aktif serta mau berpartisipasi dalam kegiatan Ramadan yang kita rencanakan dari dekat rumah, lingkungan dan tempat ibadah,” kata Jasra. (Joesvicar Iqbal)