IPOL.ID – Menteri Luar Negeri Israel mengatakan serangan yang direncanakan ke kota Rafah, Gaza selatan, dapat ditangguhkan jika ada kesepakatan yang muncul untuk mengamankan pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.
Komentar tersebut muncul ketika para mediator internasional mendorong tercapainya kesepakatan untuk mencapai gencatan senjata dalam enam bulan pertempuran dahsyat di Gaza dan pembebasan para sandera Israel yang diculik dalam serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober yang memicu perang.
“Pembebasan para sandera adalah prioritas utama bagi kami,” kata Menteri Luar Negeri Israel Katz dilansir Reuters, Minggu (28/4).
Ketika ditanya apakah hal itu termasuk menunda operasi yang direncanakan untuk menghabisi batalyon-batalyon Hamas di kota Rafah, Katz menjawab, “Ya.”
“Jika akan ada kesepakatan, kami akan menangguhkan operasi tersebut,”sambungnya.
Meskipun Katz adalah anggota kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dia bukan anggota kabinet perang forum sempit yang mengawasi serangan Gaza.
Israel, yang melancarkan perang untuk memusnahkan Hamas setelah serangan kelompok Islamis tersebut pada 7 Oktober terhadap kota-kota Israel, mengatakan bahwa Rafah merupakan rumah bagi empat batalion tempur Hamas yang diperkuat oleh ribuan pejuang yang mundur, dan mereka harus mengalahkan mereka untuk meraih kemenangan.
Namun Rafah, yang berbatasan dengan perbatasan Mesir, menampung lebih dari satu juta warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel melalui seluruh wilayah Gaza dan mengatakan bahwa kemungkinan untuk melarikan diri lagi sangatlah menakutkan.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Hamas mengatakan bahwa mereka telah menerima tanggapan resmi Israel terhadap proposal gencatan senjata terbaru dalam negosiasi yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar dan akan mempelajarinya sebelum mengirimkan jawabannya.
Pada hari Kamis, Amerika Serikat dan 17 negara lainnya mengimbau Hamas untuk membebaskan semua sandera sebagai jalan untuk mengakhiri krisis.
Hamas ingin menjadikan kesepakatan apapun sebagai akhir dari pertempuran secara permanen – bukan perdamaian formal, karena kelompok Islamis tersebut bersumpah untuk menghancurkan Israel. Israel berencana untuk terus berperang hingga kapasitas pemerintahan dan militer Hamas dihancurkan.
Lebih dari 130 sandera masih ditahan di tawanan Gaza, termasuk wanita dan anak-anak.
Ketika Hamas mengeluarkan sebuah video baru yang menunjukkan dua sandera memohon pembebasan mereka dan mengirimkan cinta kepada keluarga mereka, ribuan warga Israel berkumpul di Tel Aviv sebagai bentuk protes, menuntut pemerintah untuk berbuat lebih banyak demi pembebasan mereka.
Sekitar 1.200 orang terbunuh pada tanggal 7 Oktober, menurut perhitungan Israel, dalam serangan tunggal paling mematikan dalam sejarah Israel.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 34 ribu warga Palestina, menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas. (far)