IPOL.ID – Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur diprotes para pembeli karena harga bawang yang melambung hingga Rp70 ribu per kilogram usai Lebaran ini.
Pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Yaya (50), mengatakan, sejak harga bawang merah naik para pelanggannya mengeluh dengan kenaikan harga bawang tersebut.
Para pedagang pun harus menjelaskan bahwa kenaikan harga bawang merah yang normalnya berkisar Rp35-Rp40 ribu per kilogram menjadi Rp70 ribu sudah terjadi sejak tingkat agen.
“Komplain ada, namanya lagi begini bagaimana ya. Orang dari sanannya (agen) juga mahal, kita (pedagang) mau jual berapa,” tutur Yaya di Pasar Induk Kramat Jati, Kamis (18/4).
Mereka harus menjelaskan kepada pembeli bahwa kenaikan harga bawang merah secara drastis dipicu gagal panen pada daerah penghasil, di antaranya Brebes, Jawa Tengah.
Minimnya ketersediaan barang yang tidak sebanding dengan kebutuhan pasar ini mengakibatkan harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati melonjak setelah Idul Fitri 1445 Hijriah.
Meski harga melonjak pembeli bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati tidak lantas sepi, pedagang eceran pada tingkat lebih kecil dan pengusaha rumah makan tetap datang berbelanja.
“Komplain sih komplain, tapi namanya butuh kan jadi pembeli tetap ada. Seperti pelanggan yang buat restoran itu tetap beli setiap hari 13 kilogram, harga mahal pun tetap beli,” ungkapnya.
Yaya memprediksi harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati baru kembali normal dan stabil bila hasil panen petani dari daerah penghasil sudah memenuhi permintaan pasar.
Menurut dia, bawang merah pada usia dini berkisar 35 hari sudah dapat dipanen, sehingga dia optimistis dalam waktu dekat harga bawang merah di pasaran kembali normal.
“Bawang saat ini umur 35 banyak (dipanen), nanti ada panen raya juga. Cuman enggak di Daerah Brebesnya. Kebanyakan yang di Tegal. Kalau ada panen berikutnya pasti turun,” tutup Yaya. (Joesvicar Iqbal)