IPOL.ID – Hujan deras di negara bagian Rio Grande do Sul, Brazil selatan, menewaskan 39 orang, dan 68 lainnya hilang, kata badan pertahanan sipil negara itu pada Jumat (3/5). Banjir besar di negara itu menghancurkan kota-kota dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
Bencana ini merupakan bencana lingkungan keempat dalam setahun, setelah banjir pada Juli, September, dan November 2023 yang menewaskan total 75 orang.
Menurut Badan Geologi Brazil, banjir di seluruh negara bagian itu telah melampaui banjir bersejarah yang pernah terjadi 1941. Di beberapa kota, ketinggian air berada pada titik tertinggi sejak pencatatan dimulai hampir 150 tahun lalu, kata badan tersebut.
Pada Kamis (2/5), bendungan di pembangkit listrik tenaga air antara Kota Bento Goncalves dan Cotipora runtuh sebagian dan seluruh kota di lembah Sungai Taquari, seperti Lajeado dan Estrela, seluruhnya terendam air. Di Kota Feliz, yang berjarak 80 kilometer dari ibu kota negara bagian, Porto Alegre, sungai yang meluap menyapu jembatan yang menghubungkannya dengan kota tetangga Linha Nova.
Operator melaporkan pemadaman listrik, komunikasi dan air di seluruh negara bagian. Lebih dari 24.000 orang harus meninggalkan rumah mereka, menurut badan pertahanan sipil.
Tanpa internet, layanan telepon, atau listrik, warga kesulitan memberikan informasi terkini atau memberitahu kepada kerabat mereka yang tinggal di negara bagian lain. Helikopter terus terbang di atas kota-kota sementara keluarga-keluarga dan anak-anak yang terdampar menunggu penyelamatan di atap rumah.
Hujan deras dimulai Senin (29/4) dan diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Sabtu (4/5), kata Marcelo Seluchi, kepala ahli meteorologi di Pusat Pemantauan dan Peringatan Bencana Alam Nasional, kepada jaringan televisi publik Brazil, Jumat (3/5).
Presiden Luiz Inácio Lula da Silva mengonfirmasi mengenai para korban banjir dalam konferensi pers pada Jumat (3/5) bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Brasilia.
“Kata-kata pertama Menteri Fumio Kishida dalam pertemuan yang kami selenggarakan adalah solidaritas terhadap masyarakat negara bagian Rio Grande do Sul, yang menjadi korban salah satu banjir terbesar yang pernah kami alami. Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Brazil terjadi begitu banyak hujan di satu lokasi,” kata Lula, dilansir VOA Indonesia, Sabtu (4/5).
Cuaca di seluruh Amerika Selatan dipengaruhi oleh fenomena iklim El Niño, peristiwa alami yang terjadi secara berkala dan menghangatkan permukaan air di wilayah Pasifik Khatulistiwa. Di Brazil, El Niño secara historis menyebabkan kekeringan di wilayah utara dan curah hujan tinggi di wilayah selatan.
Tahun ini, dampak El Niño sangat dramatis, dengan terjadinya kekeringan bersejarah di Amazon. Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem lebih sering terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. (VOA Indonesia/far)