IPOL.ID – Sedikitnya 22 orang tewas dalam serangan udara Israel ke tenda-tenda pengungsi di kota Rafah, di selatan Gaza pada hari Minggu (26/5). Petugas medis Palestina mengatakan “banyak” orang lainnya terperangkap dalam puing-puing yang terbakar.
Dilansir VOA Indonesia, Senin (27/5), serangan ini terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk mengakhiri serangan militernya di Rafah, di mana lebih dari separuh penduduk Gaza mengungsi sebelum dimulainya operasi militer Israel ke kota itu pada 6 Mei lalu. Puluhan ribu orang masih bertahan di daerah tersebut sementara banyak lainnya telah mengungsi.
Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan kerusakan yang sangat parah.
Tentara Israel dalam sebuah pernyataan mengkonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan serangan itu menghantam sebuah instalasi Hamas di mana para anggota senior Hamas berada. Ditambahkan, mereka mengetahui adanya laporan warga sipil yang luka-luka dan sedang melakukan penyelidikan. Menteri Pertahanan Yoav Gallant berada di Rafah pada hari Minggu dan kantornya mengatakan ia telah diberi pengarahan tentang “pendalaman operasi” di sana.
Seorang juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (Palestinian Red Crescent Society) mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan besar akan meningkat karena upaya pencarian dan penyelamatan terus berlanjut di lingkungan Tal al-Sultan, Rafah, sekitar dua kilometer (1,2 mil) barat laut dari pusat kota.
Organisasi itu menggarisbawahi lokasi tersebut telah ditetapkan oleh Israel sendiri sebagai “area kemanusiaan” dan kawasan itu tidak termasuk dalam wilayah yang diperintahkan militer Israel untuk dievakuasi awal bulan ini.
Serangan udara itu dilaporkan terjadi beberapa jam setelah Hamas menembakkan serangkaian roket dari Gaza yang memicu sirene serangan udara hingga ke Tel Aviv untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, dalam sebuah pertunjukan ketahanan lebih dari tujuh bulan setelah serangan udara, laut, dan darat besar-besaran yang dilancarkan Israel.
Tidak ada laporan langsung mengenai korban jiwa dalam serangan roket jarak jauh pertama dari Gaza sejak Januari itu. Sayap militer Hamas mengaku bertanggung jawab. Militer Israel mengatakan delapan proyektil menyeberang ke Israel setelah diluncurkan dari Rafah dan “sejumlah” berhasil dicegat, dan peluncurnya dihancurkan.
Menhan Israel: Tujuan Operasi di Rafah untuk Hancurkan Hamas
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Minggu (26/5) mengatakan kepada tentara IDF di Rafah bahwa tujuan operasi militer di kota itu adalah “untuk menghancurkan Hamas dan mengembalikan para sandera.”
Associated Press melaporkan dalam video yang dikirim Kementerian Pertahanan Israel tampak Gallant mengatakan “ingat tugas kalian adalah menghancurkan Hamas, memenangkan kampanye ini. Tugas kita adalah membawanya hingga ke tingkat selanjutnya di Jalur Gaza, dan di seluruh Timur Tengah.”
Sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengatakan Israel harus mengambil alih Rafah untuk menghancurkan sisa batalyon Hamas dan mencapai “kemenangan total” terhadap kelompok militan yang baru-baru ini mengelompokkan diri kembali di beberapa bagian Gaza, di mana Israel sebelumnya melancarkan operasi militer.
Israel Hadapi Tekanan untuk Sepakati Pembebasan Sandera
Pemerintah Israel tengah menghadapi tekanan besar untuk membuat kesepakatan dengan Hamas guna membebaskan sisa sandera yang ditahan. Sementara Hamas menolak melakukan hal itu tanpa jaminan berakhirnya perang dan penarikan penuh seluruh pasukan Israel.
Gallant mengatakan kepada sejumlah personil pasukan Israel bahwa “terkait isu sandera, kita telah melakukan upaya luar biasa… dan akan terus melakukannya di masa depan dengan segala cara yang memungkinkan, secara fisik dan dengan mencapai kesepakatan.” (VOA Indonesia/far)