IPOL.ID – Indonesia mempunyai potensi tinggi terhadap kredit karbon dunia. Dilansir dari katadata.co.id, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan potensi karbon RI mencapai Rp 8.000 triliun, yang berasal dari sektor kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi, limbah, serta proses industri dan penggunaan produk.
Sementara, dari total emisi karbon yang dihasilkan sektor energi global dicatat sejumlah 34,37 miliar ton pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-6 yakni menghasilkan 691.970.000 ton CO2. Oleh karena itu, usaha untuk mengurangi emisi karbon telah menjadi sebuah tantangan sekaligus potensi bagi Indonesia.
“Pengukuran yang akurat, reliabel dan tertelusur dari gas rumah kaca dan polutan menjadi basis yang penting untuk mendukung pemantauan dan penurunan emisi dalam upaya mencapai target Net Zero Emission,” ujar Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad di sela-sela Seminar “Penguatan Infrastruktur Metrologi untuk Mempercepat Transformasi Ekonomi dan Lingkungan yang Inklusif dan Berkelanjutan” di Jakarta pada Senin (20/5).
Sebagai salah satu pilar infrastruktur mutu nasional, metrologi memiliki peran penting dalam memastikan akurasi pengukuran yang mendukung penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Menurut Kukuh, penyediaan data-data pemantauan gas yang akurat dan valid menjadi sangat penting bagi pengambil kebijakan yang berpedoman pada legalitas/regulasi yang berlaku di dalam negeri maupun internasional mengenai ambang batas emisi gas di udara atmosfer untuk memutuskan kebijakan lingkungan yang tepat.
Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa instrument/peralatan pengukuran yang beroperasi di sistem pemantauan emisi di industri dan stasiun pemantauan kualitas udara di wilayah Indonesia telah dikalibrasi dengan bahan acuan campuran gas yang tertelusur (Certified Reference Material-CRM), agar menghasilkan data dengan keakuratan tinggi.
Saat ini, Laboratorium Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) Kimia telah berhasil menjadi penyelenggara uji profisiensi dan mengembangkan CRM matriks Karbon dioksida (CO2) dalam Nitrogen (N2), untuk mendukung kemajuan ekonomi karbon.
“Saat ini, sebagian besar CRM yang digunakan di laboratorium pengujian di Indonesia masih diimpor. Padahal kebutuhan di Indonesia sangat besar mengingat terdapat lebih dari 1.300 laboratorium pengujian di Indonesia yang membutuhkan CRM untuk penjaminan ketertelusuran serta validitas hasil pengukurannya,” kata Kukuh.
BSN melalui Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) sebagai Lembaga Metrologi Nasional (National Metrology Institute-NMI), terus berupaya untuk menyediakan bahan acuan sebagai sumber ketertelusuran pengukuran di bidang kimia, untuk memenuhi kebutuhan laboratorium pengujian dan kalibrasi di Indonesia.
SNSU BSN memiliki laboratorium lain yang menyediakan ketertelusuran pengukuran melalui layanan kalibrasi laboratorium radiasi pengion, laboratorium kelistrikan dan waktu, laboratorium fotometri dan radiometri, laboratorium akustik dan vibrasi, laboratorium massa, laboratorium panjang, serta laboratorium suhu. Untuk kegiatan penyelenggara uji profisiensi dan pengembangan bahan acuan dilaksanakan oleh laboratorium kimia dan laboratorium biologi.
Untuk memperoleh pengakuan internasional, BSN telah menjalin kerja sama dengan organisasi metrologi regional, yaitu Asia Pacific Metrology Programme (APMP), serta dengan organisasi internasional, Biro Internasional untuk Berat dan Ukuran (BIPM). Melalui kerjasama ini, hasil kalibrasi yang dilakukan oleh Laboratorium SNSU dapat diakui dan diterima oleh negara-negara yang merupakan anggota APMP dan BIPM.
Laboratorium SNSU BSN memiliki total 148 kemampuan kalibrasi dan pengukuran (CMCs) yang diakui internasional dan tercantum dalam Key Comparison Data Base (KCDB) BIPM melalui skema keberterimaan The CIPM Mutual Recognition Arrangement (CIPM-MRA).
Sebagai informasi, Seminar dalam rangka memperingati Hari Metrologi Dunia ini diselenggarakan oleh Deputi Bidang SNSU BSN berkolaborasi dengan Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan, dalam rangka memperingati Hari Metrologi Dunia.
Hari Metrologi Dunia (World Metrology Day/WMD) diperingati bersama setiap tanggal 20 Mei oleh BIPM dan Organisasi Internasional untuk Metrologi Legal (OIML) dengan partisipasi dari organisasi-organisasi nasional yang bertanggung jawab atas metrologi. Tahun ini, Hari Metrologi Dunia mengangkat tema “Kita ukur hari ini untuk masa depan berkelanjutan”.
Tema ini dipilih dalam rangka menandai pengakuan resmi dari UNESCO, bahwa pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya akan menjadi Hari Internasional UNESCO, hal ini akan membuka jalan baru untuk mempromosikan metrologi yang sejalan dengan UNESCO untuk membangun dunia yang lebih baik melalui ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Hari Metrologi Dunia
Hari Metrologi Dunia dirayakan untuk memperingati penandatanganan Konvensi Meter pada tanggal 20 Mei 1875 oleh perwakilan dari 17 negara yang kemudian membentuk BIPM. Tujuan dari Konvensi Meter adalah untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi pengukuran di seluruh dunia, sehingga tercipta saling keberterimaan hasil pengukuran.
Sejak tahun 2021, BSN dan Kementerian Perdagangan secara rutin berkolaborasi mengadakan kegiatan untuk memperingati Hari Metrologi Dunia, dengan tujuan dapat memperkuat jaringan komunitas metrologi nasional.
Sejalan dengan tema Hari Metrologi Dunia, maka pada hari ini dilaksanakan Seminar Nasional bertajuk “Penguatan Infrastruktur Metrologi untuk Mempercepat Transformasi Ekonomi dan Lingkungan yang Inklusif dan Berkelanjutan”, yang menghadirkan para nara sumber dari OIML, Badan Standardisasi Nasional, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian, yang akan menyampaikan peran dari masing-masing instansi dalam mendukung peningkatan ekonomi serta lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.
Dalam Seminar peringatan Hari Metrologi Dunia ini, BSN juga meluncurkan Olimpiade Metrologi; Layanan Penentuan Nilai Acuan untuk Material Uji Profisiensi dan Bahan Acuan; Layanan kalibrasi lingkup baru (radiation thermometer, blackbody, environmental chamber); dan Pembukaan layanan baru dari Laboratorium Radiasi Pengion. (far)