IPOL.ID – Para pedagang Pasar Munjul di Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur kompak mengeluhkan kondisi kios pasar tidak layak, panas dan berdebu. Sehingga berdampak buruk sekali bagi para pedagang.
Berdasar pantauan di lokasi gedung Pasar Munjul aset Pemprov DKI Jakarta itu kini tampak terbengkalai, kumuh dan bahkan rusak. Lantaran selama 10 tahun pengerjaan mangkrak dan tidak tersentuh dalam perawatannya.
Sejumlah kaca bagian depan pintu gedung Pasar Munjul pecah, berdebu, bagian dalam kotor layaknya bangunan kosong, hingga material bagian tembok dan atapnya rusak berserakan karena tidak terurus.
Bahkan pada bagian dalam gedung terdapat sejumlah kandang ayam, serta tempat serupa geber berbentuk melingkar yang biasa digunakan sebagai arena sabung ayam jago.
Akibat mangkraknya proyek pembangunan yang dilakukan sejak Tahun 2014 silam, para pedagang di Pasar Munjul merugi. Dampaknya, sejumlah kios tempat mereka berjualan di dalam pasar sangat tidak layak.
Pedagang Pasar Munjul, Nana mengungkapkan, dirinya merugi dalam berdagang karena kondisi kios sementara yang mereka tempati sekarang berisiko membuat barang dagangannya rusak terdampak cuaca.
“Kita kalau hujan enggak bisa jualan, karena tampias air masuk. Kalau panas risikonya ke barang (rusak),” ujar Nana di Pasar Munjul, Minggu (12/5).
Nana, pedagang perabotan rumah tangga mencontohkan sejumlah dagangan berbahan plastik miliknya seperti gayung, gelas, piring, teko dan lainnya kerap rusak terpapar terik sinar matahari.
Sebab, menurutnya, terik sinar matahari mengakibatkan warna dagangan kusam dan pudar. Sehingga banyak perabot berbahan plastik yang justru berakhir tidak layak jual.
Kondisi itu, katanya, sudah berlangsung delapan tahun saat para pedagang Pasar Munjul terpaksa berdagang di kios semi permanen yang mereka dirikan di area parkir menggunakan uang pribadi dan swadaya.
“Makanya kadang-kadang banyak reject-nya barang kita. Belum lagi debu karena dekat parkir. Tempatnya memang kurang memadai. Beda kalau bisa dagang di dalam gedung,” ungkap Nana.
Saat proyek revitalisasi Pasar Munjul dimulai 10 tahun silam Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (PPKUKM) sudah menganggarkan sekitar Rp10,2 miliar.
Namun pembangunan gedung yang sedianya dibangun dua lantai terhenti begitu saja, saat proyek masih dalam tahap pengerjaan di lantai satu, dan gedung itu belum dapat digunakan.
Satu-satunya cara mereka dapat berdagang hanya mendirikan kios semi permanen yang dibangun menggunakan uang pribadi. Namun kondisinya sangat tidak layak dan membuat mereka rugi.
“Kalau hujan risikonya banjir, angin, baju dagangan basah semua. Kalau hujan enggak bisa dagang tutup total. Kondisi seperti ini sudah lama,” beber pedagang pakaian di Pasar Munjul, Safinah.
Kondisi kios yang tidak nyaman juga mengakibatkan menurunnya jumlah pembeli di Pasar Munjul, bahkan omzet para pedagang anjlok 50 persen dalam beberapa tahun terakhir.
Miris bertambah dirasa pedagang di tengah mangkraknya proyek revitalisasi, Dinas PPKUKM DKI Jakarta selaku pengelola berencana menaikkan uang retribusi bulanan untuk para pedagang Pasar Munjul.
“Kemarin per hari Rp4.000 jadi sebulan Rp120 ribu, kalau sekarang katanya naik Rp15 ribu per hari. Kita keberatan, karena kondisi sekarang pembeli sepi banget. Pembeli sedikit, enggak kayak dulu,” pungkas Safinah. (Joesvicar Iqbal)