IPOL.ID – Kuat diduga proyek revitalisasi Pasar Munjul di Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, mangkrak selama 10 tahun lamanya. Pasar Munjul tersebut kini dibiarkan begitu saja tanpa perawatan.
Informasi yang dihimpun, proyek pengerjaan Pasar Munjul yang kini terlihat kusam itu dikerjakan sejak Tahun 2014 silam hingga mangkrak.
Gedung untuk tempat berjualan para pedagang yang pembangunannya menelan anggaran sekitar Rp10,2 miliar kini terbengkalai. Bahkan rusak karena sudah 10 tahun lebih tidak terurus.
Pedagang Pasar Munjul, Nana mengungkapkan, proyek revitalisasi ini mangkrak tanpa adanya penjelasan pasti diberikan Pemprov DKI Jakarta selaku pengelola pasar.
“Kita teman-teman (pedagang) dulu pernah menanyakan bagaimana kelanjutan bangunan. Tapi ya sampai saat ini masih begini saja,” ujar Nana pada awak media di Pasar Munjul, Jumat (10/5).
Dia menyebut para pedagang pernah berupaya menanyakan secara langsung kepada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta hingga menemui DPRD DKI Jakarta.
Namun upaya tersebut tidak ada yang membuahkan hasil, sehingga nasib para pedagang Pasar Munjul kini terkatung menanti pembangunan gedung baru untuk tempat mereka berjualan.
Menurut pedagang, sedianya gedung baru untuk tempat mereka berjualan dibangun dua lantai, tapi pada tahap pembangunan baru menyentuh lantai satu dan pengerjaan terhenti begitu saja.
Bahkan tempat penampungan sementara untuk pedagang Pasar Munjul yang dibangun Pemprov DKI ketika awal proyek hancur sejak delapan tahun lalu karena revitalisasi mangkrak.
“Tadinya pas awal pembangunan gedung kita dikasih tempat penampungan di belakang. Cuman ya itu tadi, saking lamanya tempat penampungan roboh, hancur,” ungkap Nana.
Lantaran proyek revitalisasi mangkrak dan tempat penampungan sementara sudah roboh, para pedagang Pasar Munjul terpaksa mendirikan kios semi permanen sebagai tempat berdagang, untuk menyambung hidup.
Kondisinya jauh dari kata layak karena saat hujan deras mereka tidak bisa berjualan, dan ketika cuaca panas dagangannya terpapar debu dari area parkir di Pasar Munjul.
“Semua pedagang kondisinya sama. Sudah parah banget, kondisi di dalam banyak (kios) pedagang pada tutup. Harapannya tolong masalah bangunan ini semoga dilanjutkan,” harap Nana.
Kendati proyek revitalisasi mangkrak dan pedagang terpaksa mendirikan kios semi permanen, mereka tetap diwajibkan membayar retribusi ke Pemprov DKI Jakarta.
Sementara, awak media sudah berupaya mengonfirmasi kelanjutan proyek revitalisasi Pasar Munjul kepada Wali Kota Jakarta Timur, M. Anwar, tapi hingga berita ditulis Anwar belum menjawabnya.
Lebih lanjut, setiap bulannya pedagang Pasar Munjul diminta membayar Rp120 ribu per bulan melalui rekening Bank DKI Jakarta, bahkan Pemprov DKI Jakarta dikabarkan menaikkan uang retribusi.
“Tetap diminta retribusi via bank DKI. Kemarin per hari Rp4 ribu jadi sebulan Rp120 ribu, kalau sekarang katanya naik Rp15 ribu per hari,” tutup pedagang Pasar Munjul lainnya, Safinah. (Joesvicar Iqbal)