“Sebanyak 200 petugas kesehatan akan diterjunkan di semua pos kesehatan dan nanti di sepanjang jalur Jamarat, 87 petugas kesehatan lainnya melayani jamaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan membersamai safari wukuf jamaah sakit di Arafah,” terangnya.
“Selain itu, layanan kesehatan juga dilakukan petugas kesehatan yang ada di kloter-kloter. Bila ada penyakit yang tidak bisa didatangi di tenda nanti bisa ke pos kesehatan di Mina, jika di Mina tidak bisa menangani akan dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi. Layanan ambulans juga disiapkan, bersiaga untuk jemaah,” sambungnya.
“PPIH Arab Saudi juga akan mensafariwukufkan jamaah haji yang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan untuk jemaah sakit saat harinya mesti ke Arafah dan butuh pendampingan. Selain untuk jemaah sakit, fasilitasi safari wukuf juga untuk jemaah lansia non mandiri,” ia menambahkan.
Widi menjelaskan, tahun ini Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan memberlakukan skema murur saat mabit di Muzdalifah. Menurutnya, skema ini utamanya diperuntukkan bagi jamaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya.