IPOL.ID – Kendati Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2024 yang jatuh pada 23 Juli sudah terlewati, namun eksploitasi terhadap anak-anak penyandang disabilitas masih menjadi masalah belum terselesaikan hingga saat ini.
Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DPD DKI Jakarta, Ajad Sudrajad mengungkapkan, hingga kini masih ditemukan kasus anak-anak penyandang disabilitas yang dipaksa orangtuanya untuk mengemis.
“Masih banyak anak-anak disabilitas dieksploitasi keluarga. Akhirnya kadang-kadang anak disabilitas di beberapa kasus jadi ladang mencari uang,” ungkap Ajad saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (27/7/2024).
Sehingga eksploitasi anak penyandang disabilitas ini berdampak besar, karena hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan, perlindungan, dan tumbuh kembang menjadi terabaikan.
Padahal bila mendapatkan akses pendidikan yang layak dan dukungan dari pihak keluarga, anak-anak penyandang disabilitas dapat menjadi ahli dalam satu bidang tertentu.
“Di Jakarta pernah ada (kasus eksploitasi anak), tapi yang lebih banyak di daerah. Kalau di Jakarta kebanyakan (orangtua) malu mengakui anak disabilitas. Itu banyak terjadi di Jakarta,” bebernya.
Stigma negatif di masyarakat yang memandang penyandang disabilitas tidak memiliki kemampuan menjadi sebab utama orangtua memandang anak disabilitas sebagai aib. “Bahkan sampai saat ini”.
Ditambahkan oleh Ajad bahwa kondisi juga diperburuk karena banyak praktisi yang mengaku sebagai pemerhati anak tapi justru tidak memperhatikan hak-hak anak penyandang disabilitas.
Para praktisi pemerhati anak cenderung membicarakan anak-anak disabilitas tapi tanpa melibatkan penyandang disabilitas itu sendiri, sehingga tidak mengetahui permasalahan sebenarnya terjadi.
“Para praktisi anak juga cara berkomunikasinya belum siap. Menurut saya mereka sampai sekarang belum terlalu memperhatikan hak-hak anak untuk disabilitas,” tukasnya. (Joesvicar Iqbal)