IPOL.ID – Jumlah korban tewas di Sudan akibat hujan deras dan banjir yang sedang berlangsung telah meningkat menjadi 132 orang, demikian ungkap kementerian kesehatan pada Senin (26/8).
Negara ini telah mengalami musim hujan yang intens sejak bulan lalu, dengan banjir besar yang terjadi sesekali terutama di bagian utara dan timur negara itu.
“Jumlah total negara bagian yang terkena dampak adalah 10, sementara jumlah keluarga yang terkena dampak meningkat menjadi 31.666 keluarga dan individu menjadi 129.650,” katanya dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP.
“Jumlah total korban tewas mencapai 132 orang,” tambahnya.
Meskipun banjir terjadi setiap tahun di Sudan, dampaknya diperkirakan akan lebih buruk tahun ini setelah lebih dari 16 bulan pertempuran antara para jenderal yang saling bersaing yang telah mendorong jutaan orang mengungsi ke zona-zona banjir.
Sekitar 12.420 rumah telah runtuh total dan 11.472 lainnya runtuh sebagian akibat hujan, menurut kementerian, yang mengatakan bahwa sebagian besar kerusakan terjadi di negara bagian Utara dan Sungai Nil di Sudan.
Hujan deras pada Sabtu membanjiri daerah Arbaat di utara kota Port Sudan di Laut Merah, menyebabkan Bendungan Arbaat jebol dan menghanyutkan seluruh desa.
“Arus deras menyapu rumah-rumah dan hewan-hewan… orang-orang pergi ke gunung untuk melindungi diri mereka,” kata Issa Adroub, seorang penduduk di daerah tersebut.
Waduk tersebut merupakan sumber air yang penting bagi Port Sudan, tempat para pejabat dipindahkan setelah perang pecah di Khartoum.
Relawan lokal yang membantu upaya pertolongan mengatakan kepada AFP bahwa 13 orang telah ditemukan tewas, termasuk wanita dan anak-anak, dan pencarian masih terus dilakukan untuk 210 orang yang masih hilang.
Mereka melaporkan bahwa banjir air telah menghanyutkan 20 desa dan merusak 50 desa lainnya.
Hujan yang turun tidak biasa terjadi pada musim hujan seperti ini, dimana wilayah ini biasanya mengalami curah hujan pada bulan November dan Maret.
Pihak berwenang Sudan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melaporkan adanya lonjakan kasus kolera di tengah-tengah hujan lebat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal Agustus mengatakan bahwa Sudan memiliki setidaknya 11.327 kasus kolera, 316 di antaranya mematikan, sejak Juni 2023.
Menteri Kesehatan Sudan Haitham Ibrahim mengatakan “kondisi iklim dan kontaminasi air” berada di balik epidemi tersebut.
Perang telah berkecamuk di negara itu sejak April 2023 antara tentara Sudan, di bawah penguasa de facto Abdel Fattah al-Burhan, dan Pasukan Pendukung Cepat, yang dikomandoi oleh mantan wakil Burhan, Mohamed Hamdan Daglo.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan kejahatan perang, termasuk menargetkan warga sipil dan menjarah atau menghalangi bantuan kemanusiaan. (far)