Ia menegaskan bahwa reset ini merupakan bagian integral dari tujuan Inggris yang lebih luas untuk pertumbuhan ekonomi, dengan menyatakan bahwa “menumbuhkan ekonomi adalah inti dari segala hal yang kami lakukan.”
Sebelumnya pada hari itu, Starmer mengunjungi Berlin, di mana ia mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz.
Di sana, ia menolak kebijakan kebebasan bergerak bagi kaum muda, sebuah proposal yang diajukan oleh Scholz, namun menekankan pentingnya memperkuat hubungan dengan Eropa di era pasca-Brexit.
Starmer juga mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang kebangkitan gerakan populis dan nasionalis di seluruh benua, menyebutnya sebagai tren berbahaya yang perlu dilawan dengan keberhasilan partai-partai progresif.
“Ada sejumlah alasan untuk kekhawatiran saya. Sebagian, apa yang terjadi di Inggris, sebagian lagi apa yang kita lihat terjadi di negara-negara Eropa lainnya, termasuk di Prancis dan Jerman,” ujarnya kepada wartawan sebelum pertemuannya dengan Macron.
Ia berpendapat bahwa memenuhi janji-janji yang dibuat oleh partai-partai progresif adalah cara terbaik untuk melawan “fatamorgana populisme dan nasionalisme,” memberikan tantangan langsung kepada kekuatan sayap kanan yang semakin mendapatkan daya tarik di berbagai negara Eropa. (*)