Menurut dia, sejatinya hubungan antara Indonesia dan Afrika telah berlangsung sejak Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung. Kini Afrika menjadi salah satu prioritas diplomasi ekonomi Indonesia.
“Afrika merupakan pasar non-tradisional yang sangat potensial bagi produk-produk Indonesia. Sejak 10 tahun terakhir, pemerintah Indonesia gencar membuka akses pasar di Afrika, termasuk melalui pembukaan empat Kedutaan Besar baru di Afrika pasca-pandemi,” katanya.
Ia melanjutkan, produk-produk Indonesia seperti minyak sawit, mi instan, biskuit, hingga pesawat CN 235 sudah mulai masuk ke pasar Afrika dan mendapat sambutan positif. Pembukaan empat Kedutaan Besar baru di Afrika pasca pandemi juga menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika.
Hanya saja, tantangannya Indonesia harus bersaing dengan negara-negara maju seperti Tiongkok dan Jepang yang telah lebih dulu berinvestasi di Afrika.
“Untuk bersaing langsung dengan Tiongkok memang berat, namun kita terus berupaya melalui berbagai cara, termasuk kerja sama dengan pihak ketiga untuk pembiayaan proyek-proyek di Afrika,” katanya.