IPOL.ID – Sebuah alat peledak diletakkan di bawah tempat tidur pemimpin Hamas yang terbunuh, Ismail Haniyeh, oleh dua orang Iran yang direkrut oleh agen mata-mata Israel, Mossad, menurut sebuah laporan baru-baru ini.
Dua warga Iran yang terlibat adalah anggota unit keamanan Ansar al-Mahdi dari Korps Garda Revolusi Islam, kelompok yang bertanggung jawab untuk melindungi gedung dan para tamunya, demikian surat kabar Jewish Chronicle.
“Orang-orang Iran sendiri menyadari hal ini setelah pembunuhan itu, ketika para penjaga terlihat dalam rekaman kamera keamanan pada hari pembunuhan itu bergerak secara diam-diam di lorong menuju kamar di mana Haniyeh berencana untuk tinggal, membuka pintu dengan kunci dan memasuki kamar,” kata laporan itu, dilansir Anadolu, Kamis (8/8).
“Tiga menit kemudian, para penjaga (yang ditawari uang sebesar enam digit dan juga relokasi langsung ke sebuah negara di Eropa Utara) tertangkap kamera dengan tenang meninggalkan ruangan, menuruni tangga menuju pintu masuk utama gedung, keluar dan kemudian masuk ke dalam sebuah mobil hitam.”
Penjaga tempat parkir mengidentifikasi mereka dan membuka pintu gerbang tanpa bertanya dan satu jam kemudian, mereka diekstraksi dari Iran oleh Mossad, katanya.
Setelah memutuskan untuk melanjutkan pembunuhan Haniyeh, Mossad mencari saat yang tepat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Dan saat itu adalah ketika Haniyeh menerima undangan ke Teheran untuk pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian.
“Mossad, dengan bantuan unit intelijen 8200 (unit IDF yang bertanggung jawab atas operasi klandestin), menyadap pembicaraan telepon antara penyelenggara pelantikan dan para tamu undangan.”
“Ketika Haniyeh mengkonfirmasi kedatangannya, Mossad mulai menjalankan rencana; melenyapkan Haniyeh di wisma tempat dia biasa menginap selama kunjungannya ke Teheran,” kata laporan itu.
Ketegangan meningkat di Timur Tengah menyusul pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli di ibu kota Iran, Teheran, dan pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel di Beirut.
Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan pembunuhan Haniyeh, sementara Tel Aviv tidak mengkonfirmasi atau menyangkal tanggung jawabnya. Iran bersumpah akan memberikan “hukuman yang keras” kepada Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan Haniyeh di tanahnya.
Kelompok Hizbullah Lebanon juga diperkirakan akan melakukan pembalasan setelah Israel membunuh Shukr dalam sebuah serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada tanggal 30 Juli.
Eskalasi ini terjadi di tengah-tengah serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. (far)