IPOL.ID – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menegaskan pentingnya membentuk resiliensi dan kesiapsiagaan anak terhadap bencana guna menghadapi kompleksitas akibat dari perubahan iklim.
“Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang kompleks ini, penting untuk meningkatkan resiliensi anak dalam menghadapi dan merespons dampak perubahan iklim, melibatkan mereka dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” kata Menteri PPPA Bintang Puspayoga secara daring dalam kegiatan Sehari Bermain Bersama Anak di Jakarta pada Sabtu.
Terlebih, lanjutnya, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam ekosistem dan masyarakat serta berada di kawasan ring of fire sehingga perubahan iklim menimbulkan tantangan khusus yang harus dihadapi oleh anak terutama yang tinggal di daerah rawan bencana dan lingkungan rentan.
Laporan UNICEF tahun 2021 menyimpulkan Indonesia berada pada peringkat 46 dari 163 negara berdasarkan indeks risiko iklim pada anak. Rangking tersebut berarti anak-anak di Indonesia paling berisiko mengalami dampak dari perubahan iklim yang terjadi di wilayah Indonesia.
Sementara itu, laporan global Save the Children ”Born into the Climate Crisis” pada September 2021 menjelaskan krisis iklim secara global membawa dampak nyata yang sudah dirasakan oleh anak-anak saat ini.
Anak-anak yang lahir tahun 2020 akan menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan serta 3 kali lebih banyak gagal panen.
Kondisi perubahan iklim tersebut diikuti dengan munculnya berbagai isu permasalahan lain seperti isu kesehatan, ISPA, diare, DBD, isu pendidikan sulitnya mengakses pendidikan akibat adanya bencana, dan bahkan isu ekonomi seperti kemiskinan hingga kerawanan pangan.
Oleh karena itu, Bintang mengingatkan penting bagi semua pihak untuk senantiasa meningkatkan kesadaran dan penguatan peran anak dalam upaya mitigasi risiko dan penanggulangan dampak buruk dari perubahan iklim sembari upaya menjaga kelestarian lingkungan. (lumi)