Adanya resesi ekonomi AS yang berdampak terhadap minat investor membeli surat utang pemerintah dinilai akan berdampak terhadap kesulitan mencari pembiayaan program-program pemerintah tahun 2025, menutup defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024, dan membayar hutang jatuh tempo yang akan semakin besar pada tahun depan.
“Ini jadi punya implikasi resesi kepada kesulitan pemerintah untuk mengakses pembiayaan yang murah,” ungkap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Bhima memaparkan pula indikasi ekonomi AS yang mengarah pada resesi. Mulai dari tingkat pengangguran di AS naik 4,3 persen per Juli 2024, angka pembukaan lowongan kerja di AS dari 12,1 juta orang pada Maret 2022 menjadi 8,1 juta pada Juni 2024, lalu Sahm Rule (indikator melihat gejala resesi ekonomi) di atas 0,5 persen, yang berarti potensi resesi di AS cukup besar akan terjadi.
“Memang dalam satu minggu ke belakang, bahkan satu bulan ke belakang itu terjadi tekanan, dana yang keluar cukup besar (di bursa saham). Jadi banyak yang melakukan sell off di bursa saham NASDAQ dan S&P 500, dan ini salah satu jadi indikator juga ada kepanikan di pasar keuangan Amerika,” katanya. (lumi)