IPOL.ID – Tim MAN 2 Kota Malang unjuk prestasi pada Madrasah Young Researcher Supercamp (Myres) 2024. Tim Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang berhasil membawa pulang medali Emas Myres untuk Kategori Matematika, Sains, dan Teknologi (MST).
Prestasi riset ini diraih oleh Bylqhiz Ghanisah Bustomi kelas XI MIPA 8 dan Gaea Alexa Sulthana kelas XI MIPA 8. Keduanya diumumkan sebagai pemenang pada penutupan Myres dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) di Asrama Haji Transit Ternate, Jumat (6/9/2024).
“Alhamdulillah pada ajang Myres kita meraih hasil terbaik dengan meraih Emas, begitu juga 3 medali dari KSM pada Bidang MA/SMA. Semoga ini menjadi pemantik semangat kita untuk lebih baik lagi ditahun yang akan datang, terima kasih anak-anak dan tim pendamping,” ungkap Kepala MAN 2 Kota Malang Samsudin, mengutip Minggu (8/9/2024).
Tim Myres MAN 2 Kota Malang meneliti sekumpulan pohon misterius yang tumbuh di Malang, Jawa Timur. Pohon itu ternyata memilik khasiat melawan hipertensi.
“Alhamdulillah penelitian yang dilakukan oleh siswa MAN 2 Kota Malang, yang diwujudkan dalam karya ilmiah berjudul “Analisis Aktivitas Antioksidan Senyawa Buah Loa Petirtaan Watugede Sebagai Angiotensin – Converting Enzyme Inhibitor Berbasis Molecular Docking”,” sebut Samsudin.
Menurutnya, di situs Petirtaan Watugede, yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tumbuh banyak sekali pohon tradisional langka yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan pohon Loa. Pohon kayu setinggi 10 meter ini memiliki buah bulat bergerombol yang berwarna hijau dan berubah menjadi merah bila sudah matang.
“Setelah diteliti, pohon ini ternyata memilik khasiat luar biasa melawan hipertensi,” jelas Samsudin.
Buah Loa rasanya cukup hambar, sehingga kurang enak dimakan dan agak sulit diolah. Untuk itu, selama ini berton-ton buah Loa hanya menjadi timbunan sampah membusuk di Kabupaten Malang. “Hal ini menjadi daya pikat bagi anak-anak untuk menelitinya,” ucap Samsudin.
Hasil penelitian ini diikutkan dalam Myres 2024. Proses riset dilakukan selama satu bulan. “Hasilnya ditemukan ternyata buah Loa cukup ampuh menangkal radikal bebas penyebab hipertensi,” jelas Kamad.
Salah satu peneliti, Gaea Alexa Sulthana menjelaskan, dalam serangkaian uji laboratorium, ditemukan bahwa ekstrak buah Loa dapat berperan sebagai Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor.
“Ini artinya ekstrak Loa secara efektif cukup baik menghambat enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon inilah yang dituding biang keladi penyempitan pembuluh darah sehingga memici naiknya tensi darah. Ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh,” tuturnya.
Gaea mengatakan, mekanisme ACE Inhibitor sudah lama dikenal dalam ilmu medik. Enzim yang dihasilkan dalam mekanisme ACE Inhibitor ini dapat pula membantu mencegah atau mengatasi kerusakan ginjal dengan cara mengurangi tekanan di pembuluh darah ginjal.
“Penelitian ini menggunakan juga teknik molecular docking, yaitu teknik komputasi yang digunakan untuk memprediksi interaksi antara dua atau lebih molekul, sehingga dapat dipakai untuk mendesain obat,” lanjutnya.
Bahwa Ide penelitian ini, menurutnya bermula dari fakta terbuangnya banyak sekali buah Loa yang jatuh tanpa manfaat. “Kemudian kita coba teliti kandungannya serta manfaat yang dapat dipakai dari sifat kimiawi buah ini,” katanya.
Ia juga sampaikan, dari hasil akhir dari penelitian ini adalah, buah Loa (ficus facemosa) memiliki kandungan antioksidan tinggi dari jenis triterpenoid, fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin yang mampu menangkal radikal bebas biang keladi hipertensi.
“Dalam buah Loa, seluruhnya ada 12 senyawa yang secara efektif menggempur pengapuran pembuluh darah. Menurut hasil lab, ekstrak metanol Loa memiliki nilai IC50 sebesar 69,05 µg/ml, yang tergolong kuat menangkal radikal bebas.” Menurut peserta didik kelas XI MIPA 8 ini.
Terangnya, bahwa sifat-sifat buah Loa itu sangat cocok dengan kebutuhan medik di Indonesia. Hal ini dibutuhkan di mana hipertensi masih menjadi silent killer utama di negeri ini. Prevalensi penderita darah tinggi di Indonesia mencapai 63 juta orang, yang diperkirakan meningkat hingga 29% pada tahun 2025.” jelasnya.
Guru pembimbing penelitian ini, Wila Azaria mengatakan, temuan ini baru menjadi konsep, belum diracik sebagai produk yang siap pakai. Namun temuan peserta didik MAN 2 Kota Malang ini telah mengantongi Surat Pencatatan Penciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
“Alhamdulillah untuk dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi masih memerlukan proses lanjutan,” lanjut Wila. Menurutnya, masih harus dicoba ditambahkan pelarut untuk menghasilkan karakteristik yang lebih baik. Kemudian masih perlu pengujian high performance liquid chromatography (HPLC) dan tentu saja pengujian in vivo, yaitu pengujian yang dilakukan pada organisme hidup, seperti hewan atau manusia.
Bila hal-hal seperti ini dapat menjadi produk, maka akan mendatangkan manfaat ekonomi yang luar biasa. Pada saat dunia medik di dunia membutuhkan banyak bahan mentah dari negara-negara tropis, Indonesia malah memiliki banyak sumber daya terbuang-buang.
Di Kabupaten Malang yang berdataran tinggi terdapat berhektar-hektar pohon Loa, khususnya di daerah-daerah basah. “Selama ini masyakarat tidak tahu untuk apa, dan dunia Industri tidak meliriknya sebagai aset ekonomi bernilai tinggi,” pungkasnya. (ahmad)