IPOL.ID – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan dengan Israel mengenai kemungkinan serangan terhadap fasilitas-fasilitas minyak Iran setelah Teheran meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke Israel.
“Pertama-tama, kami tidak mengizinkan Israel. Kami menyarankan Israel. Dan tidak ada yang akan terjadi hari ini. Kita akan membicarakannya nanti,” kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih ketika ditanya apakah AS akan mengizinkan Tel Aviv untuk membalas Iran, seperti dikutip Anadolu, Jumat (4/10).
Ditanya tentang proposal bagi Israel untuk menyerang fasilitas-fasilitas minyak Iran, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi Teheran, Biden mengatakan, “Kami sedang mendiskusikan hal itu.”
“Saya pikir itu akan sedikit,” tambahnya.
Dia tidak melanjutkan pemikirannya, dan tidak jelas apakah dia akan menyuarakan keraguan atas proposal tersebut.
Iran telah bersumpah bahwa tanggapannya akan meningkat jika Israel membalas serangan hari Selasa, yang dikatakannya sebagai tanggapan atas pembunuhan Israel terhadap Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah, mantan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan komandan Korps Garda Revolusi Islam Abbas Nilforoshan.
“Kami benar-benar menentang pertumpahan darah. Kami selalu mengatakan: kami ingin perdamaian, kami ingin ketenangan. Kami tidak ingin darah tumpah di negara manapun. Namun Israel mendorong kami untuk melakukan hal ini,” kata Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Rabu (2/10).
Serangan rudal pada Selasa menyebabkan jatuhnya korban jiwa, kerusakan properti dan menyebabkan penutupan wilayah udara Israel, dengan jutaan warga Israel bergegas menuju tempat penampungan.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran sejak 23 September terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hizbullah di seluruh Lebanon yang telah menewaskan lebih dari 1.000 korban dan melukai lebih dari 2.950 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.700 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada bulan Oktober lalu.
Masyarakat internasional telah lama memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas. (far)