Yoes Kenawas, peneliti politik dari Institute for Advanced Research Universitas Katolik Atma Jaya, mengatakan parpol menyukai dinasti pada pemilu legislatif karena calon yang terafiliasi dinasti politik sudah memiliki sumber daya dan nama untuk dicalonkan dan bertarung dalam pemilu.
“Dalam konteks pileg (pemilihan legislatif), nama-nama politisi dinasti politik itu dipakai untuk mendulang suara di pemilu,” ujar Yoes.
Dia menambahkan caleg-caleg terafiliasi dinasti politik sangat memudahkan dapat suara karena sudah memiliki dukungan politik dari bapaknya, ibunya, dan kakaknya, termasuk dukungan finansial.
“Kerabat-kerabat mereka bisa digerakkan untuk mendulang suara. Akses finansial yang dimiliki keluarganya bisa diwariskan ke anaknya atau keluarganya,” kata Yoes.
Menurut Yoes, dampak negatif dari maraknya dinasti politik dalam pemilu legislative membuat kandidat-kandidat yang memiliki rekam jejak baik kadang harus dipaksa mengalah oleh politik dinasti.
“Di dapil juga orang yang selama ini mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk partai bisa-bisa kalah dengan yang ‘berdarah biru,’” jelas dia. (tim/benarnews)