IPOL.ID- Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan prospek ekonominya untuk Amerika Serikat (AS) tahun ini, sedangkan menurunkan ekspektasi untuk pertumbuhan di Eropa dan Tiongkok, pada Selasa (22/10/2024).
IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan global tidak berubah pada 3,2% untuk Tahun 2024.
IMF memperkirakan ekonomi AS merupakan yang terbesar di dunia akan tumbuh 2,8% tahun ini, turun sedikit dari 2,9% pada 2023. Namun meningkat dari perkiraan 2,6% pada bulan Juli untuk 2024. Pertumbuhan di Amerika disebabkan dari belanja konsumen yang kuat, didorong kenaikan upah disesuaikan inflasi.
Tetapi tahun depan, IMF memperkirakan ekonomi AS bakal melambat menjadi 2,2%. Adanya pemerintahan presiden dan Kongres yang baru, IMF memperkirakan pasar kerja negara ini akan kehilangan momentum pada Tahun 2025 karena pemerintah mulai berusaha untuk mengurangi defisit anggaran besar dengan memperlambat pengeluaran, menaikkan pajak, atau kombinasi dari keduanya.
IMF, sebuah organisasi pemberi pinjaman kepada 190 negara, bekerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan dan mengurangi kemiskinan global. Dalam proyeksi terbaru, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melambat dari 5,2%, tahun lalu menjadi 4,8% tahun ini dan 4,5% di Tahun 2025.
Perekonomian No 2 di dunia ini telah tertatih-tatih karena jatuhnya pasar perumahan dan lemahnya kepercayaan konsumen, masalah-masalah yang hanya diimbangi oleh ekspor yang kuat.
Setidaknya 20 negara Eropa menggunakan mata uang euro secara kolektif diperkirakan akan mengalami pertumbuhan 0,8% tahun ini, dua kali lipat dari ekspansi tahun 2023 sebesar 0,4%. Namun sedikit menurun dari 0,9% yang diperkirakan IMF tiga bulan lalu untuk Tahun 2024.
Ekonomi Jerman yang dirugikan karena kemerosotan di sektor manufaktur dan real estat, diperkirakan tidak akan tumbuh sama sekali tahun ini.
Inflasi di seluruh dunia mereda dari 6,7% pada 2023 menjadi 5,8% pada tahun ini dan 4,3% pada Tahun 2025. Inflasi turun lebih cepat lagi di negara-negara kaya dunia, dari 4,6% tahun lalu menjadi 2,6% tahun ini dan 2%, kisaran target untuk sebagian besar bank sentral utama pada 2025.
Kemajuan melawan inflasi telah memungkinkan The Fed (Bank Sentral AS) dan Bank Sentral Eropa dan akhirnya menurunkan suku bunga setelah mereka secara agresif menaikkan suku bunga untuk memerangi lonjakan inflasi pasca COVID-19.
Namun, sama seperti biaya pinjaman lebih rendah membantu perekonomian dunia. IMF memperingatkan, kebutuhan untuk menahan defisit pemerintah sangat besar kemungkinan akan mengerem pertumbuhan.
Ekonomi dunia secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh 3,2% pada 2024 dan 2025, turun dari 3,3% tahun lalu. Itu adalah standar yang tidak mengesankan. Dari Tahun 2000 hingga 2019, sebelum pandemi menjungkirbalikkan aktivitas ekonomi, pertumbuhan global rata-rata mencapai 3,8% per tahun.
IMF juga terus mengungkapkan kekhawatirannya bahwa ketegangan geopolitik, termasuk permusuhan antara Amerika dan Tiongkok, bisa membuat perdagangan dunia menjadi kurang efisien.
Keprihatinannya adalah semakin banyak negara melakukan bisnis dengan para sekutu mereka dibandingkan mencari harga lebih rendah atau barang-barang buatan negara luar terbaik. Meski perdagangan global diukur volume diperkirakan tumbuh 3,1 % tahun ini dan 3,4 % pada 2025, meningkat 0,8 % dan lesu pada 2023.
Perekonomian India diperkirakan akan tumbuh 7% tahun ini dan 6,5% pada 2025. Meski masih kuat, laju tersebut akan turun dari pertumbuhan 8,2% tahun lalu, disebabkan konsumen memperlambat pengeluaran mereka setelah ledakan pasca pandemi.
IMF memperkirakan bahwa ekonomi Jepang dirugikan masalah produksi di industri otomotif dan perlambatan pariwisata, akan meluas sebesar 0,3% tahun ini sebelum meningkat ke pertumbuhan 1,1% pada 2025.
Sementara itu, Inggris diproyeksikan bakal mencatat pertumbuhan 1,1% tahun ini, naik dari 0,3% pada Tahun 2023, dengan penurunan suku bunga membantu memacu belanja konsumen lebih kuat. (Joesvicar Iqbal)