IPOL.ID – Garda Revolusi Iran mengancam akan melakukan “serangan yang menghancurkan” jika Israel membalas serangan yang dilancarkan ke Zionis pada Selasa (1/10) malam.
“Jika rezim Zionis bereaksi terhadap operasi Iran, mereka akan menghadapi serangan yang menghancurkan,” kata Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita Fars yang dikutip AFP,
IRGC mengatakan bahwa serangan tersebut tidak melanggar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikatakan bahwa serangan rudal tersebut dilakukan setelah aksi menahanan diri menyusul “serangan terhadap kedaulatan” Iran – merujuk pada pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli.
IRGC mengatakan bahwa serangan rudal tersebut menargetkan tiga pangkalan militer di sekitar Tel Aviv serta pangkalan udara dan radar, dan menambahkan bahwa 90 persen dari rudal-rudal tersebut mencapai target mereka.
Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengatakan bahwa tindakan Iran akan berakhir kecuali rezim Israel memutuskan untuk mengundang pembalasan lebih lanjut.
Amerika Serikat sebelumnya telah memperingatkan akan adanya serangan rudal balistik Iran ke Israel dalam waktu dekat, dan mengatakan bahwa hal tersebut akan memiliki konsekuensi “parah” bagi Teheran.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian memuji “tanggapan tegas” negaranya atas apa yang disebutnya sebagai “agresi” Israel.
Serangan pada Selasa merupakan serangan kedua Iran terhadap Israel, setelah serangan rudal dan pesawat tak berawak pada bulan April sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang mematikan terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Hampir semua rudal dan pesawat tak berawak yang ditembakkan dalam serangan itu berhasil dicegat oleh Israel atau sekutunya.
Serangan udara Israel di Beirut pada Jumat menewaskan Nasrallah, yang kelompok militannya telah dipersenjatai dan didanai oleh Iran selama bertahun-tahun.
Nasrallah terbunuh bersama Jenderal Abbas Nilforoushan, seorang komandan tertinggi Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Iran bersumpah bahwa pembunuhan Nilforoushan “tidak akan dibiarkan begitu saja”.
Pada Sidang Umum PBB bulan lalu di New York, Pezeshkian menuduh Israel melakukan pemanasan karena Iran menahan diri.
Ia menyatakan bahwa Teheran telah menahan diri untuk tidak membalas pembunuhan Haniyeh, karena khawatir hal itu dapat menggagalkan upaya-upaya yang didukung oleh Amerika Serikat untuk melakukan gencatan senjata dalam perang Gaza.
“Kami mencoba untuk tidak menanggapi. Mereka terus mengatakan kepada kami bahwa kami berada dalam jangkauan perdamaian, mungkin dalam waktu seminggu atau lebih,” katanya.
Pada Minggu, Pezeshkian mengatakan bahwa janji Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan gencatan senjata sebagai imbalan atas tidak adanya reaksi dari Iran atas pembunuhan Haniyeh adalah palsu. (far)