Pada 20 tahun yang lalu Jakarta menggunakan konsep seperti itu. Hasilnya, lanjut Heru Budi masyarakat yang tidak mampu ditopang listrik murah, air murah serta bansos sehingga bisa menabung.
“Anak-anaknya nanti bisa besar sekolah, bisa mendapatkan rumah sendiri yang layak huni,” kata Heru.
Tapi yang sekarang terjadi, rumah susun itu sampai seumur hidup. Karena itu, Heru selama dua tahun terakhir melakukan perubahan.
“Jadi warga, misalnya, di satu kampung ada 10 sampai 20 KK, mereka bersepakat untuk memberikan bersama-sama lahannya untuk menaikkan bangunan hanya 4 sampai 5 lantai,” katanya.
Berikutnya, kata Heru, mereka membiayai dirinya sendiri dengan konsep tambahan di lantai atas rusun. Di sana, mereka bisa menyewakan sehingga bisa merawat dirinya dan bangunan.(Sofian)