Terhadap itu, menurut Andhika, tidak serta merta akibat bisa meningkatkan risiko remaja dalam status “engaged” pada perilaku seksual berisiko. Hal ini bergantung pada konten apa yang diakses oleh mereka. “Studi menunjukkan, keterpaparan terhadap konten pornografi menjadi faktor penentu yang berasosiasi pada peningkatan risiko perilaku seksual berisiko pada remaja,” urai Andhika.
Ia pun memberi contoh beberapa studi di Indonesia yang menunjukkan penggunaan aplikasi kencan masih didominasi motivasi untuk mencari jodoh. Walau ada sebagian kecil yang menggunakannya untuk mencari pasangan seksual.
Dia pun menyimpulkan, permasalahan terkait perilaku seksual pada remaja adalah permasalahan serius dan dapat berdampak pada kondisi Kependudukan. Sebab, pendidikan seksualitas sebagai upaya pembekalan remaja sehingga remaja dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. “Perlu pelibatan orang tua untuk menjadi ruang aman dalam melakukan diskusi terkait isu seksualitas,” tutupnya.
Sementara seorang pemerhati dari Malaysia, June Low memaparkan hasil risetnya tentang edukasi penggunaan kontrasepsi pada remaja. Sedangkan Vensya Sitohang selaku Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lansia Kementerian Kesehatan membahas tentang dukungan kepada remaja sehat dengan pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi berkualitas.