Mantan Ketua Fraksi Demokrat itu juga menggarisbawahi pentingnya menyelamatkan film analog lama. Salah satu contohnya, seperti rekaman bersejarah peristiwa G30S/PKI, agar dapat diakses kembali oleh masyarakat.
“Anak-anak sekarang tidak tahu sejarah karena arsip-arsip lama tidak tersimpan dengan baik. Dulu kita wajib menonton film sejarah, sekarang generasi muda lebih mengenal sejarah lewat potongan-potongan di internet,” sesalnya.
Lebih lanjut, anggota DPRD DKI dua periode itu menyoroti kurangnya peralatan canggih untuk mengkonversi arsip analog ke digital. “Padahal, di perpustakaan, seharusnya tersedia layanan gratis untuk mendigitalisasi film keluarga seperti Betamax atau video lama lainnya. Tapi sayangnya, alat-alatnya kurang memadai sehingga masyarakat sulit mendapatkan pelayanan tersebut,” bebernya.
Sebab itu, Desie menegaskan perlunya percepatan sosialisasi terkait pentingnya digitalisasi arsip. “Kalau mau Jakarta benar-benar menjadi kota global, dokumentasi sejarahnya juga harus global. Semua harus terdigitalisasi agar bisa diakses dengan mudah,” tegasnya.
Kedepan, sambung dia lagi disarankan digitalisasi tidak hanya untuk arsip sejarah kota, tetapi juga penting untuk pendidikan dan kebudayaan. “Bayangkan kalau anak-anak bisa belajar sejarah melalui film-film yang dulunya hitam putih dan kini bisa diwarnai. Itu akan membuat belajar sejarah lebih menarik,” tandasnya.(sofian)