IPOL.ID – Pemerintah Filipina meningkatkan langkah-langkah keamanan untuk Presiden Ferdinand Marcos Jr. dan keluarganya setelah Wakil Presiden Sara Duterte secara terbuka mengancam nyawa mereka, demikian dilaporkan media lokal dikutip Anadolu, Minggu (24/11).
Komando Keamanan Presiden (PSC), dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa pihaknya “berkoordinasi erat” dengan lembaga-lembaga penegak hukum “untuk mendeteksi, menghalangi, dan mempertahankan diri dari setiap dan semua ancaman terhadap presiden dan keluarga pertama.”
“Ancaman apa pun terhadap kehidupan presiden dan keluarga pertama, terlepas dari asalnya – dan terutama yang dilakukan dengan sangat berani di depan umum – diperlakukan dengan sangat serius. Kami menganggap ini sebagai masalah keamanan nasional dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keselamatan presiden,” bunyi pernyataan itu.
Peningkatan keamanan ini menyusul pernyataan yang dibuat oleh Wakil Presiden Duterte dalam sebuah konferensi pers online pada hari Jumat.
Ia mengaku telah mengatur seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Presiden Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika sesuatu terjadi padanya.
“Saya telah berbicara dengan seseorang. Saya mengatakan kepadanya bahwa jika saya terbunuh, dia harus membunuh [Marcos], Liza Araneta, dan Martin Romualdez. Tidak main-main. Saya sudah meninggalkan instruksi,” kata Duterte dalam bahasa Filipina.
Dia menuduh Romualdez, sepupu Marcos, menginginkan kematiannya, dan menuduh bahwa Marcos melihatnya sebagai “ancaman terbesar” terhadap aspirasinya untuk pemilihan presiden 2028.
“Jika saya dibunuh, saya berkata, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka, dan kemudian dia berkata ‘ya’,” tambah Duterte.
Wakil presiden menghadapi tekanan politik yang terus meningkat, termasuk ancaman pemakzulan di Dewan Perwakilan Rakyat. Upaya ini dilaporkan dipimpin oleh Romualdez, yang terlihat sedang mempersiapkan diri untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2028. (far)