IPOL.ID – Iran meremehkan signifikansi hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dengan mengatakan bahwa “tidak penting” siapa yang akan menjadi presiden AS berikutnya.
Berbicara kepada para wartawan di Teheran, juru bicara pemerintah Fatemeh Mohajerani pada Rabu (6/11), mengatakan bahwa “kebijakan-kebijakan umum” tetap tidak berubah.
Donald Trump dari Partai Republik mengklaim kemenangan dalam pemilihan umum 5 November setelah proyeksi bahwa ia telah mengalahkan Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Trump, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden AS dari 2017 hingga 2021, dikenal karena sikapnya yang memusuhi Iran, terutama setelah pemerintahannya secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Pembunuhan komandan militer tertinggi Iran, Jenderal Qassem Soleimani, pada Januari 2020 membawa kedua negara ke ambang konfrontasi militer langsung.
Spekulasi berkembang bahwa kembalinya Trump ke Gedung Putih dapat meningkatkan ketegangan antara Teheran dan Washington, terutama di tengah perang Israel di Gaza dan Lebanon, dan dapat menggagalkan upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Namun, Mohajerani menekankan bahwa “tidak masalah” siapa pun dari kedua kandidat yang memenangkan pemilu AS, dan menegaskan bahwa kebijakan kedua negara tidak akan berubah.
“Prediksi dan perencanaan yang diperlukan telah dibuat sebelumnya. Tidak akan ada perubahan dalam mata pencaharian masyarakat, dan tidak masalah siapa yang menjadi presiden (di AS),” katanya, dilansir Anadolu, Rabu (6/11).(far)