IPOL.ID – Komisi XII DPR menyoroti fenomena overkuota pada gas elpiji 3 kg yang mencapai 3 persen pada Oktober 2024. Realisasi mencapai 539.466 ribu MT, melebihi kuota yang ditetapkan sebesar 524.404 ribu MT.
“Ini menunjukkan tingginya konsumsi elpiji bersubsidi, sehingga perlu tambahan kuota untuk tahun depan,” kata Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Haryadi usai pertemuan dengan jajaran direksi TBBM Kertapati di Palembang, Sumsel, Jumat (8/11).
Kunjungan tersebut bertujuan memastikan ketersediaan BBM dan elpiji.
Bambang mengingatkan agar Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Migas, dan Kementerian Keuangan segera membahas lonjakan permintaan elpiji menjelang natal dan tahun baru.
Politisi Partai Gerindra itu menekankan perlunya pengelolaan elpiji secara bijak, mengingat 85 persen pasokan elpiji masih diimpor.
Ia mendorong pemanfaatan energi terbarukan seperti Dimethyl Ether (DME) yang berasal dari olahan batu bara sebagai alternatif.
“Meski saat ini biaya konversi batu bara menjadi elpiji masih tinggi, ke depan perlu teknologi yang lebih efisien untuk menekan biaya dan mengurangi ketergantungan impor,” kata Bambang.
Ia juga menyoroti pentingnya keberadaan BBM sebagai komoditas vital bagi masyarakat yang berdampak signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan.
Bambang menegaskan bahwa Pertamina Patra Niaga sebagai BUMN harus menjamin ketersediaan dan distribusi BBM untuk masyarakat.
“Ketersediaan BBM jenis solar di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), yang meliputi Jambi, Lampung, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung, aman hingga Oktober,” ujar dia.
“Pasokan BBM hingga Oktober 2024 relatif aman seperti disampaikan Direktur Utama Patra Niaga, Riva Siahaan, serta General Manager PT Pertamina MOR VII, Erwin Dwiyanto. Kami berharap ketersediaan ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut,” tambahnya. (far)