IPOL.ID – Indonesia akan segera mengembangkan platform mikrosatelit di orbit geostasioner, sebuah lompatan besar yang menjadi misi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dalam kolaborasi kerja sama.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto mengaku, untuk melangkah ke tahapan tersebut. BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Satelit (PRTS) sudah mempunyai dasar yang kuat.
Di mana, pusat riset ini sudah bisa membangun platform satelit di level komponen sampai level sistem. Hal itu ia sampaikan saat pendatanganan Naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilakukan oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit (PRTS) BRIN, Wahyudi Hasbi dengan CEO PT PSN, Adi Rahman Adiwongso di Jakarta pada Kamis (28/11/2024)
“Mulai dari merancang satelit, mengembangkan komponen untuk mengendalikan sikap satelit, dan juga melakukan manuver orbit serta menjaga orbitnya supaya hasil pengambilan fotonya konsisten,” ungkap Heru dalam keterangan resminya, Jumat (29/11/2024).
Heru menganggap PT PSN sebagai pemain utama dalam satelit telekomunikasi geostasioner yang memerlukan platform satelit. Pengalaman periset BRIN dalam merancang satelit mikro (kecil) sangat relevan dengan kebutuhan PT PSN.
Tantangannya, menurut Heru, terletak pada perbedaan signifikan antara satelit yang sebelumnya dirancang untuk ketinggian 550-650 km dan platform yang akan diterbangkan pada ketinggian 36.000 km.
“Ini akan menjadi teknologi pertama yang dikembangkan dengan lingkungan dan radiasi yang berbeda, serta mampu berpindah-pindah titik untuk mentransmisikan data, bukan hanya untuk foto rupa bumi,” jelas Heru.
Heru juga menekankan bahwa kerja sama ini mencapai tonggak penting dalam upaya hilirisasi riset satelit Indonesia. Hal ini tidak mudah karena banyak industri yang ingin membeli komponen satelit justru berasal dari luar negeri.
CEO PT PSN Adi Rahman Adiwongso menyebutkan kebutuhan perusahaan dalam menjalin kerja sama dengan industri antariksa Indonesia. Khususnya dengan BRIN, untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pengembangan satelit.
“Kami ingin mengembangkan platform untuk satelit kecil di Geostationary Earth Orbit (GEO), sehingga Indonesia tidak hanya menguasai pembangunan satelit di Low Earth Orbit (LEO) seperti yang dilakukan BRIN hingga saat ini, tetapi juga di GEO,” harap Adi.
Adi menjelaskan, satelit di orbit GEO sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk komunikasi, tetapi juga berbagai fungsi lainnya. Dengan kemampuan bus satelit yang dimiliki BRIN, Indonesia kini memiliki kemampuan untuk mencakup semua kebutuhan tersebut.
Tujuan lainnya adalah agar pengembangan satelit dapat dilakukan secara cepat dan ekonomis, dengan kontrol penuh atas prosesnya. “Dengan kemampuan Indonesia dalam integrasi satelit, kami berharap kerja sama dengan BRIN dapat mempercepat peluncuran satelit dari Indonesia, sehingga pada 2045, Indonesia dapat mengakses antariksa secara mandiri,” ujar Adi.
Ia mengungkapkan keinginan untuk mengembangkan industri satelit dalam negeri, mengingat tantangan besar yang dihadapi industri satelit GEO. Seluruh industri GEO tengah mengalami guncangan akibat sistem LEO yang telah mengubah tatanan ekonomi dan menyebabkan kerugian besar.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pengembangan kemampuan di dalam negeri. Adi yakin, melalui kerja sama dengan BRIN, tantangan tersebut dapat diatasi, mengingat BRIN memiliki rekam jejak yang baik dalam pengembangan satelit di orbit LEO.
Adi berharap, pada tahun 2026 Indonesia dapat meluncurkan satelit LEO untuk kawasan katulistiwa. Di sisi lain, ia menekankan pentingnya membangun kemampuan akses antariksa dan menciptakan sektor ekonomi baru berbasis pemanfaatan antariksa.
“Kami melihat bahwa industri antariksa kini bernilai 600 miliar dolar dan diperkirakan berkembang menjadi 1,8 triliun dolar pada 2035. Jadi, kita tidak boleh hanya menjadi penonton. Harapannya kerja sama dengan BRIN dan potensi kolaborasi dengan kementerian serta lembaga lain akan mendorong perkembangan industri antariksa Indonesia,’’imbuhnya.
Sementara itu Sekretaris Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Lindawati Wardani, mengatakan sebagai upaya mendorong hilirisasi atas hasil riset dan inovasi yang dihasilkan para periset BRIN dan mitra industri. Kolaborasi BRIN dengan industri atau swasta diharapkan dapat memperkuat serta melakukan perubahan terhadap produk inovasi menjadi produk komersial.
Ia menambahkan, penandatanganan tersebut juga sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman yang telah ditandatangani tahun sebelumnya. “Kami berharap, kolaborasi ini makin mempererat jaringan kerja sama sehingga memperkuat daya saing indonesia secara global, utamanya di bidang teknologi satelit,” harap Linda.(ahmad)