IPOL.ID – Kesepakatan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel hampir selesai dan dapat dideklarasikan dalam waktu 36 jam ke depan jika negosiasi berjalan dengan lancar, demikian disampaikan anggota parlemen Lebanon, Qassem Hashem, pada Senin (25/11).
“Suasananya positif, dan diskusi gencatan senjata telah mencapai tahap lanjut. Hanya tinggal menunggu beberapa jam lagi sebelum sebuah kesepakatan diselesaikan dan diumumkan jika kemajuan terus berlanjut seperti yang diharapkan,” kata Qassem Hashem kepada Anadolu, Selasa (26/11).
Perkembangan ini bertepatan dengan laporan bahwa kabinet keamanan Israel akan bersidang pada Selasa untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Saluran televisi swasta Al Jadeed Lebanon melaporkan pada Senin malam bahwa Lebanon telah diberitahu secara resmi mengenai kesepakatan gencatan senjata tersebut, namun masih bungkam untuk memastikan keberhasilannya.
Saluran tersebut mencatat, bagaimanapun, bahwa “detail-detail kecil” masih dalam pembahasan namun diperkirakan tidak akan mempengaruhi ketentuan-ketentuan inti dari perjanjian tersebut.
Hashem, anggota blok parlemen Pembangunan dan Pembebasan yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri, menekankan bahwa Lebanon akan mengumumkan gencatan senjata hanya setelah AS melakukannya.
“Jika ada niat yang tulus, prosesnya akan berjalan dengan sendirinya. Dalam 36 jam ke depan, kami mengharapkan sebuah kesepakatan yang final,” tambahnya.
Meskipun mengungkapkan optimisme yang hati-hati, Hashem mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh Israel, menggambarkannya sebagai “musuh yang sulit diatur dan sembrono.”
Namun, ia menyoroti bahwa sentimen internasional yang ada saat ini mendukung kesepakatan, menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk gencatan senjata.
Hashem juga menegaskan komitmen Lebanon untuk mematuhi keberatan-keberatan yang telah diuraikannya terkait proposal yang didukung AS dan untuk menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang telah memandu perundingan.
Diadopsi pada tahun 2006, Resolusi 1701 menyerukan penghentian permusuhan di Lebanon selatan setelah konflik 33 hari antara Hizbullah dan militer Israel.
Pekan lalu, utusan AS Amos Hochstein mengunjungi Lebanon dan Israel sebagai bagian dari upaya mediasi Washington untuk menengahi gencatan senjata.
Israel telah meningkatkan serangan udaranya di Lebanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target-target Hizbullah sebagai bagian dari perang selama setahun melawan kelompok Lebanon tersebut sejak dimulainya perang Gaza tahun lalu.
Lebih dari 3.760 orang telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon, dengan hampir 15.700 orang terluka dan lebih dari satu juta orang mengungsi sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel pada tanggal 1 Oktober tahun ini memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan. (far)