Berbicara tentang manuskrip, Deki menyebutkan dua jenis naskah, yaitu naskah beraksara Incung dan Surat-Surat Kerajaan yang terdapat di Kerinci. Naskah beraksara incung, lanjutnya, memiliki berbagai isi. Ada yang berisi tentang mantra, kemudian azimat, namun bahkan surat surat atau catatan utang.
Selanjutnya, Hafiful Hadi Sunliensyar, Dosen Filologi dan Arkeologi, Universitas Jambi membahas tentang perkembangan penelitian manuskrip incung dan prospeknya di masa mendatang. Ia mengawali cerita tentang masyarakat pedalaman yang seringkali dinarasikan sebagai masyarakat tertinggal dan marginal. Mereka jauh dari peradaban dan pengetahuan, tidak selayak wilayah pesisir yang ramai bersentuhan dengan peradaban asing di dunia.
Akan tetapi, tambahnya, wilayah pedalaman Sumatra seperti Kerinci cukup mengejutkan orang Eropa. Ia mengutip seorang penulis Marsden yang tidak menyangka bahwa orang Kerinci menulis menggunakan aksara sendiri yang memiliki kemiripan dengan aksara India. Tulisannya berbeda dengan pesisir yang menggunakan aksara Jawi. Aksara ini yang kemudian dikenal sebagai aksara Incung.