“Jika Indonesia ingin benar-benar merasakan manfaat dari bonus demografi dan membentuk tenaga kerja kompetitif pada 2045, faktor risiko berpotensi menyebabkan komplikasi pada kehamilan, termasuk gizi buruk, sebaiknya dapat dideteksi dan ditangani bahkan sejak dalam kandungan. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk membantu mengurangi potensi kematian Ibu, bayi dan stunting intra-uterine,” ungkap Henny.
Melihat urgensi tersebut, Rabu Biru Foundation menegaskan bahwa deteksi dini dan upaya preventif serta pemanfaatan teknologi adalah solusi strategis sekaligus investasi jangka panjang yang harus dijalankan.
Mengingat risiko penyakit tidak menular tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga menurunkan produktivitas ekonomi.
Hal serupa berlaku jika masalah stunting pada anak tidak segera ditangani. Dampaknya bisa melemahkan potensi generasi Indonesia di masa depan dan berdampak pada ekonomi nasional.
“Pendekatan yang kami lakukan seperti inisiatif Rumah Sehat Keliling dan penggunaan TeleCTG, bila diterapkan dengan cakupan lebih besar, dapat melipat gandakan usaha membentuk angkatan kerja dan masyarakat sehat dan produktif,” jelas Anda Sapardan, Anggota Dewan Pakar Kesehatan Rabu Biru Foundation.